- PSIKOLOGI
Bidang
pengetahuan yang termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Kejiwaan dan
menelaah gejala-gejala kejiwaan dan perilaku pada makhluk hidup
terutama manusia. Pengetahuan ini mempelajari peranan dan rakitan
dari kehidupan jiwa serta akibat-akibatnya berupa perilaku pada
mahluk hidup. Istilah “Psychology” berasal dari kata psyche
yang berarti jiwa, napas, rohani dan semangat. Secara luas
pengetahuan ini menelaah semua gejala kejiwaan atau kerohaniaan
(untuk dilawankan dengan gejala-gejala kejasmaniaan) yang terdapat
pada makhluk hidup, utamanya manusia. Secara rinci berbagai sasaran
yang telah ditelaah oleh psikologi ialah:
- Diri (self)
- Hasrat (desire)
- Ingatan (memory)
- Kebiasaan (habit)
- Kecerdasan (intelegence)
- Kegiatan belajar (learning)
- Keyakinan (belief)
- Khayalan (imagination)
- Naluri (instink)
- Pencerapan (perception)
- Penginderaan (sensation)
- Perasaan (emotion/feeling)
- Perilaku (behavior)
- Pertimbangan (judgement)
- Pikiran (thought)
- Sikap (attitude)
Psikologi
dikembangkan melalui pemikiran para ahli atau sebagai percobaan di
laboratorium dan pengamatan di lembaga. Tiga mazhab utama yang telah
berkembang, yaitu Adlerian
Psychology
(mazhab yang dipelopori oleh Alfed Adler, yang berasal dari Amerika
Serikat); Freudian
Psychology
(mazhab yang dipelopori oleh Sigmund Freud dari Austria; dan Jung
Psychology
(mazhab yang dipelopori oleh Carl Gustav Jung yang berasal dari
Swiss). Selain itu masih banyak aliran pemikiran dari para ahli ilmu
jiwa yang satu sama lain saling bertentangan atau berbeda. Psikologi
semula berkembang di Jerman dan laboratorium ilmu jiwa yang pertama
didirikan oleh seorang ahli Wilhem Wundt dalam tahun 1879 di Leipzig
Jerman.
Ilmu
jiwa mempunyai penerapan dalam banyak cabang ilmu pengetahuan lain.
Manfaat dari telaah dengan menggunakan berbagai asas dan tata cara
kejiwaan terbukti telah dapat menyelesaikan persoalan-persoalan dalam
berbagai bidang atau tempat seperti kantor, pabrik dan sekolah. Pada
dewasa ini ilmu jiwa berkembang luas dan mempunyai cabang- cabang
sebagai berikut:
- Abnormal Psychology
- Adolescent Psychology
- Animal Psychology
- Applied Psychology
- Child Psychology
- Cilinical Psychology
- Counseling Psychology
- Educational Psychology
- Engginering Psychology
- Experimental Psychology
- Genetic Psychology
- Industrial Psychology
- Personel Psychology
- School Psychology
- Social Psychology
(The Liang Gie & Andrian
The)
Para
filsof setuju sesuatu yang menyebabkan manusia hidup disebut jiwa,
atau psyche
bahasa Yunani. Sedang dalam bahasa Arab digunakan empat istilah roh,
qalb,
nafs
dan ‘aql.
Pendapat
para ahli berbeda-beda tentang hakikat jiwa. Ada yang mengatakan jiwa
manusia itu adalah Allah sendiri. Ada pula yang mengatakan ia adalah
air, angin dan api saja atau ketiga-tiganya sekaligus sebab dengan
hilangnya salah satunya manusia itu akan mati. Pendapat yang paling
popular adalah dua pendapat, yaitu yang pertama adalah bahwa jiwa
adalah subtansi yang bebas dari benda dan sifat-sifatnya, jadi ia
bukanlah unsur tubuh tetapi ia terhubung denganya secara pengurusan
dan perlakuan. Dengan berlakunya maut putuslah perhubungan itu.
Pendapat ini disokong oleh sebagian besar filosof-filosof teologi,
golongan-golongan sufi terkemuka dan golongan-golongan ahli kalam
seperti al Tusi, al Ghazali dan al Razi.
Pendapat
kedua adalah bahwa jiwa itu adalah subtansi materialist, hal ini
disokong oleh segolongan dari mukthazilah dan banyak
pengikut-pengikut ahli kalam. Golongan yang mengatakan bahwa jiwa
adalah subtansi spiritual, mujjarad dan berdiri sendiri, member
dali-dalil berikut, diantaranya adalah jiwa itu mengetahui dan ia
mengetahui bahwa ia tahu, sedang pengetahuan itu bukanlah sifat badan
atau tubuh kalau tidak tentulah benda itu dapat menanggapi.
Dalil
yang lain lagi adalah bahwa badan mempunyai ciri-ciri khusus, yang
paling nyata ialah jika menerima bentuk tertentu seperti segitiga,
maka ia tidak dapat menerima bentuk lain seperti segi empat dan bulat
kecuali bentuk yang terdahulu (segitiga) itu sudah hilang. Bila ia
menerima ukiran atau lukisan, maka ia tidak dapat menerima lukisan
lain. Bila anda telah melukis sebuah lukisan pada suatu papan atau
sehelai kertas atau suatu lukisan, maka ia tidak dapat menerima
lukisan lain, kecuali setelah anda menghapus lukisan pertama. Tetapi
sebaliknya berlaku pada jiwa. Pada jiwa itu boleh bertumpuk barbagai
impressi, berbagai gambaran terhadapbenda-benda atau pikiran-pikiran
yang ditanggapi tanpa menghapus yang pertama. Malah ia tetap
sempurna, dan bertambah kuat dengan lukisan kedua. Sebab manusia itu
bertambah faham bila ia bertambah ilmu. Ini berlawanan dengan
sifat-sifat tubuh yang bisa hancur dan punah bila bebannya semakin
berat.
Adapun
pendapat yang mengatakan bahwa jiwa itu sejenis dengan benda, dengan
alasan tak dapat ia berbuat tanpa anggota-anggota badan, maka ini
salah sama sekali, sebab kebutuhannya kepada benda hanyalah
menunjukkan bahwa pekerjaannya itu disyaratkan adanya alat-alat
benda, bukan karena hakikatnya itu sendiri adalah benda. Kalau tidak,
tentulah dapat kita berkata bahwa gergaji itulah hakikat tukang kayu,
hakikat tukang batu adalah alat-alat bangunan, dan hakikat
tukangkebun adalah alat-alat pertanian. Inilah sebagai perbedaan
pendapat para ahli falsafah tentang jiwa.
Untuk
mengetahui perbedaan pengertian tersebut, berikut ini dikemukakan
pendapat para ahli psikologi:
- Wilhem Wundt (1832-1920)
Memberikan batasan
pengertian psikologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
atau menyelidiki pengalaman yang timbul dalam diri manusia seperti
pengalaman perasaan, panca indra, merasakan sesuatu, berfikir dan
berkehendak; bukannya mempelajari/menyelidiki pengalaman diluar diri
manusia karena pengalaman demikian menjadi objek penyelidikan ilmu
pengetahuan alam (Fisika).
- Jhon Broadus Watson (1842-1910)
Seorang ahli
psikologi Amerika Serika berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan
menggunakan metode-metode observasi (pengamatan) secara objektif
seperti terhadap rangsangan (stimulus) dan jawaban (respons) yang
menimbulkan tingkah laku, psikologi bukan mempelajari tentang
kesadaran manusia. Scope
(ruang
lingkup) psikologi meliputi tingkah laku manusia dan binatang, bahwa
tingkah laku binatang lebih fundamental daripada tingkah laku yang
kompleks dari manusia. Paham Watson demikian disebut Behaviorisme
(paham yang menitikberatkan pada tingkah laku lahiriah).
- Gustav Fechner
Pelopor aliran ilmu
jiwa yang bercorak ilmu alam (psikofisika), mendefinisikan psikologi
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan antara
jasmani dengan rohani manusia. Titik perhatiannya terletak pada
penyelidikan tentang hubungan antara ciri-ciri rangsang (stimulus)
yang bersifat jasmani dengan perasaan panca indra yang
ditimbulkannya.
- George A. Miller
Seorang sarjana
psikolog Amerika Serikat mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang
mempunyai objek pembahas berupa pengetahuan tentang mental atau jiwa
manusia secara luas. Pembahasannya bersifat ilmiah yang didukung oleh
hasil penelitian yang dilakukan menurut metode ilmiah pula.
- Flody L. Rich
Seorang sarjanawan
Amerika Serikat menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu oengetahuan
yang membahas tentang proses penyesuaian diri manusia yang berupa
tingkah laku yang berusaha memenuhi kebutuhan baik biologis maupun
kebutuhan hidup sosialnya. Sedang tujuan psikologi adalah berusaha
memahami, meramalkan dan mengontrol tingkah laku tersebut.
- Fillmore H. Sanford
Psikologi adalah
ilmu pengetahuan yang melakukan studi tentang proses selama hidup
manusia. Studi tersebut merupakan usaha untuk mencari hukum-hukum
serta aturan yang nampak dalam interaksi (saling mempengaruhi)
seseorang dengan dunia sekitarnya.
- Percival M. Symonds
Berpendapat bahwa
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang tidak hanya membahas tentang
pengalaman manusia saja, juga tidak mempelajari tentang jiwa serta
tingkah laku manusia saja, akan tetapi ia mempelajari tentang
pengalaman, kegiatan rohaniah dan tingkah laku dalam hubungannya
dengan sikap responsive serta penyesuaian dirinya terhadap lingkungan
sekitarnya.
- Hubert Bonner
Menyimpulkan bahwa
psikologi social adalah studi ilmiah tentang tingkah laku manusia.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruang lingkup pembahasan
psikologi social dibatasi pada tingkah laku manusia, sedang perilaku
makhluk lainnya tidak menjadi tugas pembahasannya.
Psikologi
sebagai ilmu, psikologi merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan
pendekatan ilmiah, merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan
penelitian-penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah adalah penelitian
yang dijalankan secara terencana, sistematis dan terkoordinasi
berdasarkan data empiris. Karena itu salah satu ciri psikologi
sebagai suatu ilmu adalah: berdasarkan data empiris, disamping data
itu diperoleh secara sistematis.
Beberapa
tugas atau fungsi psikologi adalah:
- Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang dipersoalkan/dibicarakan.
- Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keaadaan atau kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa tersebut.
- Menyusun teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan hukum/ketentuan mengenai hubungan antara peristiwa yang mungkin terjadi.
- Prediksi, yaitu tugas untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang akan terjadi.
- Pengendalian, yaitu tugas untuk mengendalikan peristiwa.
Karena
psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa, maka persoalan pertama
yang timbul adalah pengertian dari jiwa. Jiwa diartikan sebagai:
- Kekuatan yang menyebabkan hidupnya manusia.
- Menyebabkan manusia dapat berpikir, berperasaan dan berkehendak.
- Menyebabkan orang mengerti/insaf akan segala gerak.
- PSIKOLOGI KLINIS/KESEHATAN
Menurut
Witemer (1912) psikologi klinis adalah metode yang digunakan untuk
mengubah/mengembangkan jiwa seseorang berdasarkan hasil observasi dan
eksperimen dengan menggunakan teknik pedagogis. Ada beberapa ciri
yang terdapat dalam psikologi klinis:
- Memiliki orientasi ilmiah profesional, yaitu adanya ciri berupa penggunaan metode ilmu dan kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap individu yang menderita cemas, melalui intervensi dan evaluasi psikologi.
- Menampilkan kompetensi psikologi, karena psikologi klinis terlatih dalam menggunakan petunjuk dan pengetahuan psikologi dalam kerja profesional.
- Menampilkan kompetensi klinis, karena berusaha mengerti orang lain.
- Ilmiah, karena menggunakan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas dalam cara kerja profesionalnya dengan tetap melakukan validasi untuk setiap individu yang ditangani.
- Profesional, karena lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang penting bagi individual, kelompok sosial, dan komunitas untuk memecahkan masalah.
Terdapat
hubungan yang jelas dan dekat antara psikologi klinis dan psikologi
abnormal, serta psikiatri. Tugas yang dihadapi psikologi klinis,
adalah memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien, menyelesaikan
aspek kepribadian untuk tujuan orientasi teoritis studi klinis
mengenai kepribadian, terdaat 3 aspek kepribadian yang perlu
dipahami:
- Motivasi
Adalah kebutuhan
psikolgi yang telah memiliki corak/arah yang ada dalam diri individu
yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaanya terpelihara yaitu
senantiasa dalam keadaan seimbang. Pada awalnya kebutuhan itu hanya
berupa kekuatan dasar saja. Namun selanjutnya berubah menjadi suatu
sektor yang disebut motivasi karena memiliki kekuatan dan arah.
- Kapasitas
Kapasitas adalah
karakteristik individu yang adjustic, termasuk dalam hal kapasitas
intelektual untuk mencapai tujuannya sendiri dan untuk memenuhi
tuntutan yang dikehendaki lingkungan.
Pentinganya
pemahaman mengenai kapasitas ini bagi psikologi klinis adalah untuk
memperkirakan dalam bidang apa saja dan seberapa kuat individu
memiliki sumber stres, baik dalam keadaan frustasi , konflik maupun
tertekan.
- Pengendalian
Yang dimaksud dengan
pengendalian adalah proses yang dilakukan individu saat menggunakan
kapasitasnya dan mengekang motivasi implusif kedalam saluran yang
berguna bagi penyesuaian dirinya, yang secara sosial diterima.
Perkembangan
kemampuan mengendalikan diri terjadi sejak masa bayi. Tepatnya saat
bayi mulai belajar menghadapi frustasi. Ada lima wujud pengendalian,
yaitu pengendalian berlebih/represi,
lemah/undercontrol,
tentatif/cemas,
terganggu, disebut juga sebagai pengendalian yang inadequate
dan pengendalian yang ideal, pengendalian yang melahirkan penyesuaian
yang tepat.
Tugas
profesional seorang psikolog klinis adalah mengimplementasikan
prinsip dasar psikologi klinis sebagai ilmu terapan. Berkaitan dengan
tugas ini, ada beberapa peranan yang dimiliki psikologi klinis
sebagai berikut:
- Terapi
Istilah khusus untuk
psikologi adalah psikoterapi. Pada umunya terapi menampilkan empat
gambaran kegiatan yaitu:
- Membantu hubungan murni yang bersifat memelihara hubungan antara terapis dengan klien.
- Membantu klien melakukan eksplorasi/ pengalihan diri.
- Terapis dan klien bekerjasama memecahkan masalah.
- Terapis membantu sikap dan mengerjakan keterampilan / cara kepada klin untuk menanggulangi stres.
- Assessment
Yaitu proses yang
digunakan psikolog klinis untuk mengamati dan mengevaluasi masalah
sosial dan psikologis klien, baik menyangkut keterbatasan maupun
kelebihannya.
- Mengajar
Yaitu memberikan
informasi dan pelatihan mengenai topik-topik yang termasuk ruang
lingkup pengetahuan yang melandasi profesinya, seperti psikolog
klinis, psikolog abnormal, psikologi konseling, dll.
- Konsultasi
Memberikan bimbingan
bagi perseorangan, kelompok atau badan sistam, dan organisasi untuk
mengembangkan kualitas diri. Disebut konsultasi karna tujuan psikolog
klinis dalam hal ini mmbantu klin melalui pkerjaan/ prmasalahan
mereka.
Karena
adanya minat terhadap bidang baru ini, suatu disiplin baru muncul;
Psikologi Kesehatan. Stone (1991) meringkaskan tahun-tahun pertama
kemunculan ini. Psikologi kesehatan ini diakui oleh “American
Psychological Association”
tahun 1977. Lima tahun kemudian di tahun 1982, “The
Interamerican Congress of Psychology”
di Quito Cuador, mencurahkan perhatian sebagian besar dari program
ini untuk memperbaharui nama kegiatan ini dan pada pertemuan tersebut
menekankan suatu “Task
Force”
pada psikologi kesehatan.
Simposium
internasional pertama tentang psikologi kesehatan diselenggarakan di
La Habana, Cuba tahun 1984. Sejak itu telah banyak ketertarikan dunia
luas pada konsep dan penerapan serta pengetahuan dan kemampuan
psikologi untuk masalah-masalah sistem kesehatan. Konferensi
internasional dan regional telah berlanjut terus menerus. Pada banyak
negara psikologi ksehatan di integrasi dengan kurikulum psikologi,
dan semakin lama semakin banyak universitas menawarkan
latihan-latihan khusus.
Salah
satu definisi psikologi kesehatan dikemukakan oleh Joseph Matarazzo
(1980) sebagai berikut:
“….the
aggregate of the specific educational, scientific and professional
contributions of the discipline of psychology to the promotion and
maintenance of health, the prevention of illness, the
indentifications of etiologic and diagnostic correlates of health,
illness and rlated dysfunction, and the analysis and improvement of
the health care system and halth policy formation…”
Definisi
ini mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Psikologi kesehatan menyangkut bagian khusus dari bidang ilmiah psikologi yang memfokuskan pada studi perilaku yang memiliki kaitan dengan kesehatan dan penerapan dari kesehatan ini.
- Penkanan pada peran perilaku yang normal di dalam mempromosikan kesehatan (promosi kesehatan dan pencegahan dasar) pada level mikro, dan makro, dan menyembuhkan penyimpangan kesehatan.
- Banyak bidang psikologi yang berbeda dapat memberikan sumbangan kepada bidang psikologi kesehatan.
C.
GANGGUAN KEJIWAAN
Dari
hasil berbagai penelitian dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa adalah
kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang
berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut
tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota
badan, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik.
Keabnormalan
itu dapat dibagi atas dua golongan yaitu: gangguan jiwa
(neurose) dan
sakit jiwa
(psychose). Keabnormalan
itu terlihat dalam bermacam-macam gejala, yang terpenting di
antaranya adalah : ketegangan batin (tension),
rasa putus asa dan murung, gelisah/cemas, perbuatan-perbuatan yang
terpaksa (compulsive),
hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut,
pikiran-pikiran buruk dan sebagainya. Semuanya itu mengganggu
ketenangan hidup, misalnya tidak bisa tidur nyenyak, tidak ada nafsu
makan dan sebagainya.
Ada
perbedaan antara neurose
dan psychos.
Orang yang kena neurose,
masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, sebaliknya yang kena
psychose
tidak. Disamping itu, orang yang kena neurose
kepribadiannya tidak jauh dari realitas, dan masih hidup dalam alam
kenyataan pada umumnya. Sedangkan orang yang kena psychose,
kpribadiannya dari segala segi (tanggapan, perasaan/emosi, dan
dorongan-dorongannya) sangat terganggu, tidak ada integritas dan ia
hidup jauh dari alam kenyataan. Contoh gangguan jiwa adalah:
- Neurasthenia
Salah satu gangguan
jiwa yang sudah lama dikenal orang sebagai penyakit saraf, yang
dahulu disangka terjadi karena lemahnya saraf. Karena itu
pengobatan-pengobatan di waktu itu dilakukan dengan jalan menyuruh
pasien istirahat di tempat tidur, jauh dari keributan dan cahaya,
disamping memberikan obat-obat penguat dan penenang.
Penyakit
neurasthenia
adalah penyakit payah. Orang yang diserangnya akan merasa antara
lain: Seluruh
badan letih, tidak bersemangat, lekas merasa payah, walaupun sedikit
tenaga yang dikeluarkan. Perasaan tidak enak, sebentar-sebentar ingin
marah, menggerutu dan sebagainya. Tidak sanggup berfikir tentang
sesuatu persoalan, sukar mengingat dan memusatkan perhatian. Apatis,
acuh tak acuh terhadap persoalan-persoalan luar karena ia merasa
seolah-olah akan ambruk saja sewaktu-waktu. Sangat sensitif terhadap
cahaya dan suara, sehingga detik jam, mmenyebabkan tidak bisa tidur.
Sering merasa dihinggapi oleh bermacam-macam penyakit, sehingga ia
sering kali memeriksakan dirinya kepada dokter. Takut mati,
pikirannya selalu diganggu oleh masalah-masalah mati dan penyakit.
Bermacam-macam
pendapat ahli tentang sebab penyakit ini, akan tetapi pendapat umum
adalah, bahwa penyakit ini disebabkan oleh karena terlalu lama
menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan, terhalangnya
keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan. Selain itu terlalu
banyak menghadapi kegagalan hidup, sering dihadapkan kepada
persaingan-persaingan dalam pekerjaan dan kadang-kadang menjadi objek
yang dipertentangkan. Semuanya itu menyebabkan kegelisahan/kecemasan
dan tertekannya perasaan.
- Hysteria
Gangguan jiwa yang
sudah dikenal sejak dulu ialah hysteria.
Pada permulaan, orang menyangka bahwa yang dihinggapi penyakit ini
hanya kaum wanita. Akan tetapi kemudian pendapat itu berubah setelah
Freud meenemukan bahwa laki-lakipun dapat dihinggapi penyakit ini.
Seperti gangguan
jiwa lainnya hysteria
juga terjadi akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi
kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan dan
pertentangan batin. Dalam menghadapi kesukaran itu orang tidak mampu
menghadapinya dengan cara yang wajar, lalu melepaskan tanggung jawab
dan lari secara tidak sadar kepada gejala-gejala hysteria
yang tidak wajar. Diantara gejala-gejalanya ada yang berhubungan
dengan fisik dan ada pula yang berhubungan dengan mental.
Termasuk
dalam gejala-gejala fisik antara lain, ialah:
- Lumpuh hysteria
Yang dimaksud dengan
lumpuh hysteria,
adalah lumpuhnya salah satu anggota fisik, akibat tekanan atau
pertentangan batin yang tidak dapat diatasi. Biasanya gejala lumpuh
itu terjadi tiba-tiba dan si sakit sebelum itu tidak merasa apa-apa.
- Cramp hysteria
Cramp hysteria
disebabkan pula oleh tekanan perasaan, yang seringkali terjadi pada
penulis yang mencari penghidupan dengan tulisan-tulisannya. Apabila
ia mengalami bahwa tulisannya tidak banyak mendapat sambutan orang,
ia kadang-kadang dihinggapi oleh kram pada jari-jarinya waktu akan
menulis. Tapi untuk pekerjaan lain masih bisa digunakan jari-jari
itu.
Cramp hysteria
itu banyak pula kejadian pada pemain-pemain biola, jurutik, tukang
jam dan pegawai-pegawai di kantor telepon. Penyakit-penyakit itu
terjadi karena kegelisahan dan kecemasan yang dirasakannya akibat
kebosanan menghadapi pekerjaan-pekerjaan itu.
- Kejang hysteria
Kejang hysteria
yaitu
badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang
sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan keluhan-keluhan,
tapi air mata tidak keluar. Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada
siang hari selama beberapa hari lamanya. Di antara tanda-tanda kejang
hysteria
ialah, dalam pandangan matanya terlihat kebingungan.
- Mutism (hilang kesanggupan berbicara)
Mutism
itu ada dua macam, pertama tak sanggup berbicara dengan suara keras
dan kedua tidak dapat berbicara sama sekali.
Hilangnya kemampuan
untuk berbicara itu, bukan disebabkan oleh kerusakan pada alat-alat
percakapan seperti lidah, kerongkongan, pernapasan dan sebagainya.
Alat-alat itu masih dapat melakukan fungsinya, tetapi orang tidak
bisa berbicara. Biasanya gejala ini terjadi akibat tekanan perasaan,
kecemasan, putus asa, merasa hina, gagal dan sebagainya.
Termasuk
dalam gejala-gejala yang berhubungan dengan mental antara lain:
- Hilang ingatan (amnesia)
Hilang ingatan atau
lupa akan kejadian-kejadian tertentu dlam hidup sangat erat
hubungannya dengan emosi. Hilang ingatan atau lupa ini mungkin hanya
lupa akan kejadian-kejadian tertentu dan ada pula lupa yang
sungguh-sungguh. Ia lupa akan segala sesuatu, akan semua orang yang
pernah dikenalnya, bahkan lupa akan dirinya, namanya, rumahnya,
pekerjaannya dan sebagainya.
- Kepribadian kembar (double personality)
Kepribadian kembar
adalah salah satu gejala hysteria,
yang disebabkan oleh kegelisahan yang amat sangat, dan dijadikan cara
untuk menghukum dirinya atau melepaskan diri dari ketegangan batin,
kecemasan atau konflik yang dirasakannya. Dalam hal ini si sakit
secara tidak sadar mengurung kepribadiannya yang pertama, sampai
terpisah sama sekali dari alam kenyataan. Disamping menghukum diri,
hal ini digunakan juga sebagai penarik perhatian orang kepadanya.
- Mengelana secara tidak sadar (fugue)
Salah satu gejala
hysteria
lain ialah, orang pergi mengelana berjalan tanpa tujuan, tidak tahu
mengapa ia pergi dan kemana ia pergi.
- Jalan-jalan sedang tidur (somnabulism)
Orang yang diserang
oleh gejala ini dikuasai oleh sejumlah pikiran dan kenang-kenangan
yang berhubungan satu sama lain. Meskipun ia sedang tidur, tapi masih
dapat mengenal dan membedakan mana pintu yang tertutup dan mana yang
terbuka, dan mudah disuruh kembali ke tempat tidurnya. Waktu bangun
pagi harinya, ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya waktu tidur
itu.
- Psychasthenia
Psychasthenia adalah
semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya
kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal.
Gejala-gejala
penyakit ini antara lain :
- Phobia
Phobia adalah rasa
takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti tidak seimbang dengan
ketakutan. Si sakit tidak tahu mengapa ia takut dan tidak dapat
menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak masuk
akal itu menyebabkan tertawaan orang, sehingga ia makin merasa cemas.
Di antara phobia yang terkenal ialah: takut berada di tempat yang
tertutup, tinggi, luas (lapang), di tengah orang ramai, melihat
darah, binatang-binatang kecil, kotoran dan sebagainya.
- Obsesi
Yaitu gejala
gangguan jiwa, di mana si sakit dikuasai oleh suatu pikiran yang
tidak bisa dihindarinya. Misalnya seorang gadis yang merasa bahwa ia
akan sengsara saja. Apabila ia sedang menimba air, maka ia merasa
akan jatuh ke dalam sumur. Ia merasa pula bahwa hidupnya selalu
diliputi kesusahan.
- Kompulasi
Ialah gangguan jiwa,
yang menyebabkan orang terpaksa melakukan sesuatu, baik masuk akal
atau tidak. Apabila tindakan itu tidak dilakukannya, maka si
penderita akan merasa gelisah dan cemas. Kegelisahan atau kecemasan
itu baru hilang, apabila tindakan itu dilakukan.
- Gagap berbicara (stuttering)
Gejala gangguan jiwa
lainnya ialah gagap berbicara, ada yang dalam bentuk berputus-putus,
tertahan nafas atau berulang-ulang. Apabila tekanan gagap itu terlalu
besar, maka kelihatan orang menekan kedua bibirnya dengan diiringi
gerakan-gerakan tangan dan kaki dan sebagainya.
Biasanya gagap itu
mulai pada umur di antara 2 dan 6 tahun. Gejala ini lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki, anak kembar dan orang kidal, dan mungkin
disebabkan karena gangguan fisik seperti kurang sempurnanya alat
percakapan, gangguan pada pernafasan, amandel dan sebagainya. Akan
tetapi, apabila alat-alat itu sehat dan baik, maka gejala itu timbul
akibat pertentangan batin, tekanan perasaan, ketidakmampuan
menyesuaikan diri. Gejala itu adalah sebagai salah satu akibat dari
gangguan jiwa.
- Ngompol (buang air yang tidak disadari)
Banyak orangtua yang
mengeluh karena anaknya yang sudah besar masih ngompol saja. Ngompol
adalah salah satu dari gejala gangguan jiwa, ada yang hanya malam
hari, ada juga yang siang hari.
Seharusnya dalam
pertumbuhan anak, makin besar, makin dapat menguasai dirinya dan
mengatur bila dan dimana ia harus buang air. Akan tetapi sering
terjadi bahwa anak yang tadinya sudah dapat menahan dan mengaturnya
sampai umur belasan tahun, masih ngompol saja. Biasanya hal ini
terjadi, sebagai akibat dari gangguan jiwa, tekanan perasaan, atau
ingin diperhatikan. Anak yang dimanjakan dan jadi pusat perhatian
ibu-bapak, berubah menjadi kurang diperhatikan oleh karena adiknya
sudah lahir.
Ketidakpuasan si
anak atas perlakuan orangtua yang berubah itu,akan menyebabkan ia
gelisah dan merasa tertekan, disamping ingin kembali mendapat
perhatian seperti dahulu. Maka terjadilah secara tidak sadar, ia
buang air kecil di waktu sedang tidur. Dan mungkin pula yang
menderita itu anak yang kecil, karena merasa bahwa kakak-kakaknya
lebih mendapat perhatian.
- Kepribadian psychopathi
Psychopath
adalah ketidaksanggupan menyesuaiakan diri yang mendalam dan kronis.
Orang-orang yang psychopath
itu biasanya menimpakan kesalahan yang dibuatnya kepada orang lain.
Segala perasaan tidak puas, konflik jiwa dan tekanan perasaan dan
sebagainya, tidak dapat ditahan atau diatasinya dengan wajar, akan
tetapi diungkapkannya dalam bentuk kelakuan-kelakuan yang menyebabkan
orang lain menderita karenanya. Ia bersifat agresif egois, tidak
peduli pada orang lain.
Ciri-ciri dari
kepribadian psychopathi
antara
lain: tidak bisa diberi diberi tanggung jawab, tidak bisa diberi
kepercayaan karena ia tidak jujur, kurang mempunyai rasa malu,
kelakuannya anti-sosial, kurang mempunyai pertimbangan dan tidak
mempunyai rasa kasih sayang, sangat egois, hubungannya dengan orang
lain tidak hangat, tak dapat mengikuti satu rencana dalam hidupnya,
dan sebagainya.
Gejala-gejala
kepribadian psychopath
itu,
biasanya mulai timbul pada masa-masa puber (13 – 21 tahun) dan
berlangsung seumur hidup.
- Keabnormalan seksual
Banyak pula
persoalan-persoalan yang ada hubungannya dengan seksual baik di
kalangan pria maupun wanita, yang timbul akibat gangguan jiwa.
Gejala-gejala yang sering dialami antara lain ialah :
- Onani (masturbasi)
Orang yang diserang
gejala ini mencari kepuasan seksual dengan anggota tubuhnya secara
tidak wajar, yang biasanya dilakukan dalam periode tertentu dari
hidupnya.
- Homo-seksual
Orang yang diserang
gejala ini berkeinginan untuk berhubungan dengan orang yang sejenis
saja. Mungkin cinta sejenis ini beralasan, dan mungkin pula hanya
sepihak, yaitu yang melakukan hal itu hanya satu orang saja. Bahkan
hubungan itu mungkin lebih jauh dari itu, yaitu ingin melakukan
hubungan seksual dengan orang yang sama jenis kelaminnya.
- Sadism
Seseorang tidak
dapat merasakan kepuasan seksual, kecuali apabila ia dapat
menimbulkan kesakitan (fisik atau perasaan) terhadap orang yang
dicintainya. Bahkan mungkin ia melukai, memukul, atau membunuh orang
yang dicintainya, demi kepuasan seksualnya.
- Gangguan Kesadaran
Kesadaran itu
diartikan sebagai “intensionalitas” atau relasi antara
subjek-yang-aktif-mengalami dengan objek-yang-dialami. Kesadaran bisa
juga diartikan sebagai: pengamatan sendiri, penghayatan sendiri,
pengalaman sendiri, dengan sadar dimaksudkan begitu. Sedang
ketidaksadaran bisa diartikan sebagai: tidak dimaksudkan sedemikian.
Sehubungan dengan itu, studi mengenai unsur ketidak-sadaran
dan
aktivitas-aktivitas psikis yang tidak disadari itu sangat penting
untuk tujuan penanaman proses –proses psikis dan gangguan-gangguan
psikis.
Gangguan
kesadaran itu
merupakan peristiwa di mana segenap kondisi psikis mengalami
perubahan, sehingga pribadi menjadi tidak jernih dan tidak ceria
secara psikis. Gejala gangguan kesadaran itu ada yang
memanifestasikan diri dalam wujud seperti seperti “mengantuk”,
dan
ada pula seperti “bermimpi”. Pada peristiwa pertama, individu
kelihatan bingung, termangu-mangu, dungu dan linglung. Sedang pada
peristiwa kedua, pasien mengalami peristiwa-peristiwa seperti kondisi
orang sehat yang tengah tidur.
- Defisien moral
Defisien/defeckt
moral adalah: kondisi individu yang hidupnya delinquent (nakal,
jahat), selalu melakukan kejahatan, dan bertingkah laku a-sosial atau
anti-sosial; tanpa adanya penyimpangan atau gangguan organis pada
fungsi inteleknya, namun inteleknya tidak berfungsi, hingga terjadi
kebekuan moral yang kronis.
Pribadinya
cenderung psikotis dan mengalami regresi, dengan
penyimpangan-penyimpangan relasi kemanusiaan. Sikapnya: dingin, beku,
tanpa afeksi, emosinya steril terhadap sesama manusia; munafik,
jahat, sangat egoistis, self-centered, tidak menghargai orang lain.
Tingkah lakunya selalu salah dan jahat (misconduct); sering melakukan
kekerasan, kejahatan, penyerangan; selalu melanggar hukum, norma dan
standart social.
Kelemahannya
terutama ialah: ketidakmampuannya untuk mengenali, memahami,
mengendalikan dan melakukan regulasi terhadap emosi-emosi,
impuls-impuls dan tingkah lakunya. Mereka tidak bisa dipercaya.
Kualitas mental mereka pada umumnya rendah.
Pembentukan ego-nya
sangat lemah, sehingga dorongan-dorongan instinktif yang primer
meledak-ledak tidak terkendali. Impuls-impulsnya tetap berada pada
tingkat primitive, tidak bisa terkontrol, dengan agresivitas yang
meledak-ledak dan rasa permusuhan terhadap siapapun juga.
- Damaged Childern
Damaged
children
adalah: anak-anak dengan perkembangan pribadi yang regresif serta
kerusakan pada fungsi intelek, sehingga interrelasi kemanusiannya
miskin, beku, steril tanpa afeksi; disertai penolakan terhadap
super-ego dan hati nurani sendiri, hingga muncul kebekuan moral.
Mereka digolongkan
dalam kelompok defekt moral. Orientasi sosialnya rusak. Banyak dari
mereka jadi autis dan psikotis, dengan retardasi mental yang berat.
Ada dari mereka yang memperlihatkan gerakan-gerakan yang tipis, yaitu
“Rocking movement”, dibarengi gejala-gejala erotik yang
primitive. Mereka mudah dipengaruhi hal-hal yang buruk, dan sifatnya
sangat egoistis. Pada umunya mereka selalu gelisah, dengan tindakan
yang meledak-ledak tanpa kasihan, tanpa ampun, dan tidak tahu belas
kasihan. Hatinya beku membantu, tanpa afeksi sama sekali.
Faktor penting yang
menyebabkan anak ini ialah: terpisahnya mereka dari orang tua pada
usia kurang dari 3 tahun; khususnya pisah dengan ibunya. Misalnya
terjadi pada (1) anak-anak haram tanpa mengetahui ayahnya; (2)
anak-anak yang dipelihara di rumah sakit, rumah yatim piatu dan
panti-panti penitipan, dimana mereka tidak pernah merasakan kasih
sayang. Bahkan mereka mendapat perlakuan yang keras dan kejam,
sehingga muncul rasa-rasa dendam, agresi, kebekuan emosional dan
interrelasi sosial yang sangat miskin. Anak-anak ini kebanyakan akan
menjadi orang dewasa yang defisien moral.
- Psikosa/Psikosis
Psikosa/psikosis
adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan adanya
disintegrasi kepribadian, dan terputusnya hubungan dirinya dengan
realitas.
Individu
disebut psikotis apabila:
- Reality-testingnya terganggu sama sekali, sehingga fikiran dan tanggapannya tidak sesuai dengan realitas, lalu dihinggapi halusinasi-halusinasi dan delusi-delusi (waham, denkbeelden).
- Oleh disintegrasi kepribadiannya, orang mengalami kakalutan organis, kakalutan fungsional dan kekalutan fungsi-fungsi kejiwaan, misalnya pada inteligensi, kemauan dan perasaannya. Hubungan dirinya dengan dunia luar dan realitas terputus, dan dia hidup dalam dunia yang tidak riil, dalam satu “imaginary social world” yang diciptakannya sendiri. Sehingga dirinya menjadi tidak competent secara sosial, dan tidak bias memikul tanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
- Individu mereaksi (memaksa dan mencernakan) terhadap tekanan-tekanan internal serta eksternal dengan cara yang keliru dan merugikan. Sehingga semakin banyak muncul gangguan afektif yang serius, ketakutan dan kecemasan-kecemasan hebat, delusi dan halusinasi. Ringkasnya, kehidupan psikisnya jadi kacau-balau atau khoatis, dan si penderita tidak berdaya, serta mampu meluruskan kekusutan batinnya.
Jika
kita kekurangan vitamin atau mineral, maka kita secara perlahan akan
menjadi lemah, dan mungkin jatuh sakit. Kita tidak segera menyadari
kekurangan tersebut, tetapi efeknyalah yang memberi tahu kita. Hal
serupa juga dapat terjadi jika kita kekurangan gizi secara emosional,
intelektual dan spiritual.
D. SAKIT
JIWA
Sakit
adalah: terganggu atau tidak berlangsungnya fungsi-fungsi psikis dan
fisis; yaitu ada kelainan dan penyimpangan yang mengakibatkan
kerusakan dan bahaya pada organ atau tubuh, sehingga bisa mengancam
kehidupan.
Sakit
pada fungsi suatu organisme mengakibatkan perubahan-perubahan dalam
substansi (materi) dan organisme. Substansi, fungsi, kemudian
perubahan-perubahan dalam substansi dan gangguan-gangguan dalam
fungsi, semuanya erat berkaitan satu sama lain. Gangguan psikis bisa
disebabkan oleh bakteri, virus, radang, luka-luka, dst. Yang organis
sifatnya. Namun gangguan jiwani juga bisa disebabkan oleh
faktor-faktor
psikis.
Contohnya: perasaanperasaan, terutama konflik-konflik perasaan, bisa
menyebabkan timbulnya penyakit jasmaniah maupun rokhaniah, atau bisa
menghambat proses kesembuhan suatu penyakit. Ketegangan-ketegangan
psikis yang kronis juga menimbulkan macam-maacam penyakit; misalnya:
penyakit lambung, hypertensi, dan tumpat jantung (hartinfarct).
Betapa banyak orang
pergi ke dokter dengan macam-macam keluhan penyakit, namun tanpa
menderita suatu penyimpangan jasmaniah, atau tanpa satu gangguan
fungsi jasmaniah. Mereka selalu lesu, lelah, gelisah-gelisah, tidak
bisa tidur, cemas, pusing-pusing, sering mau muntah, menderita
gangguan perut, merasakan detak-detak yang aneh pada jantung, merasa
impoten secara seksual dls. Maka gangguan psikis sedemikian itu pada
umumnya disebabkan oleh:
- Konflik-konflik batin, dan
- Kondisi-kondisi sosial yang sangat sulit, lingkungan sosial yang sangat tidak menguntungkan.
Pandangan
terhadap penyakit jiwa telah berubah dari zaman ke zaman. Dahulu
orang menganggap orang sakit jiwa itu orang yang disentuh oleh setan
atau roh yang jahat. Cara mengobatinya adalah dengan melobangi
ubun-ubun si pasien supaya setan melarikan diri, atau si pasien
diikat dengan rantai disiksa dan dilarang makan. Kemudian Hyprocritus
(460-370 s.m) member pendapat yang mengatakan bahwa otak adalah pusat
kegiatan akal dan penyakitnya menjadi sebab penyakit akal (jiwa).
Hyprocritus
membuang jauh-jauh segala khurafat lama dan sihir. Dianjurkannya
berbagai macam cara mengobati penyakit akal, diantaranya dengan
music. Tetapi fikiran-fikiran ini terkubur semuanya, sedang sihir dan
khurafat kembali berkuasa pada zaman pertengahan. Pengaruh sihir
demikian besar sehingga Raja George III ketika ditimpa gangguan jiwa
beliau diobati seperti teknik-teknik pengobatan yang berlaku pada
masa itu oleh dokter-dokter di negeri inggris, yang menyebabkan
parlemen turut campur dan menganjurkan perbaikan.
Pada
permulaan abad ke 19 sudah terdapat kemajuan besar dalam memasukkan
teknik-teknik perikemanusiaan dalam memperlakukan pasien-pasien di
rumahsakit-rumahsakit jiwa. Pada waktu itu juga diciptakan cara yang
sudah bersifat ilmiah yang disebut “magnetism”
oleh Braid. Teknik ini telah digunakan oleh perancang-perancang awal
dalam mengobati berbagai gangguan psikologi.
Pada
waktu perobatan psikologi lebih tertarik pada patologi dan penjenisan
penyakit akal, Kripllin seorang professor pengobatan akal di
Heldleberg, menciptakan penjenisannya yang terkawal yang mengandung
konsep bisu lebih awal dan psikosis depresiff. Disiapkan oleh
Kripllin sejumlah ujian-ujian ingatan, kelelahan (fatigue),
pengajaran dan proses menghitung untuk mengukur apa yang dianggapnya
sebagai cirri-ciri dasar seseorang. Ujian-ujian ini termasuk salah
satu percobaan-percobaan awal untuk menggunakan alat-alat psikologis
(psychological
tools)
untuk meneliti penyakit jiwa.
Seorang
yang diserang penyakit jiwa (Psychose),
kepribadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu
menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami
problemnya. Seringkali oprang yang sakit jiwa, tidak merasa bahwa ia
sakit; sebaliknya ia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih
baik, lebih unggul dan lebih penting dari orang lain. Sakit jiwa itu
ada dua macam, yaitu:
- Sakit jiwa yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh, misalnya: otak, sentral syaraf, atau hilangnya kemampuan berbagai kelenjar, syaraf-syaraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya. Hal ini mungkin disebabkan oleh keracunan akibat minuman keras, obat-obat perangsang atau narkotika, akibat penyakit kotor dan sebagainya.
- Sakit jiwa yang disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar. Atau disebabkan hilangnya keseimbangan mental secara menyeluruh, akibat suasana lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin, dan sebagainya.
Diantara
penyakit jiwa yang terkenal ialah:
- Schizophrenia
Schizophrenia
adalah penyakit jiwa yang paling banyak terjadi dibandingkan dengan
penyakit jiwa lainnya. Penyakit ini menyebabkan kemunduran
kepribadian pada umumnya, yang biasanya mulai tampak pada masa puber,
dan yang paling banyak menderita adalah orang berumur antara 15-30
tahun.
Gejala-gejala
yang penting antara lain:
- Dingin perasaan, tak ada perhatian pada apa yang terjadi di sekitarnya. Tidak terlihat padanya reaksi emosional terhadap orang yang terdekat kepadanya, baik emosi marah, sedih, dan takut. Segala sesuatu dihadapinya dengan acuh tak acuh.
- Banyak tenggelam dalam lamunan yang jauh dari kenyataan, sangat sukar bagi orang untuk memahami pikirannya. Dan ia lebih suka menjauhi pergaulan dengan orang banyak, dan suka menyendiri.
- Mempunyai prasangka-prasangka yang tidak benar dan tidak beralasan, misalnya apabila ia melihat orang menulis atau membicarakan sesuatu, disangkanya bahwa tulisan atau pembicaraan itu ditujukan untuk mengritik atau mencelanya.
- Sering terjadi salah tanggapan atau terhentinya pikiran, misalnya orang sedang berbicara tiba-tiba lupa apa yang dikatakannya itu. Kadang-kadang dalam pembicaraan ia berpindah dari satu masalah kepada masalah lainyang tak ada hubungan sama sekali dengan perkataanya semula, atau pembicaraaanya tidak jelas ujung pangkalnya.
- Halusinasi pendengaran, penciuman atau penglihatan, di mana si penderita seolah-olah mendengar, mencium, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ia seakan-akan mendengar orang lain (tetangga) membicarakannya, atau melihat sesuatu yang menakutkannya.
- Si sakit banyak putus asa dan merasa bahwa ia adalah korban kejahatan orang banyak atau masyarakat. Merasa bahwa orang semualah yang bersalah yang menyebabkannya menderita.
- Keinginan menjauhkan diri dari masyarakat, tidak mau bertemu dengan orang dan sebagainya, bahkan kadang-kadang sampai kepada tidak mau makan atau minum dan sebagainya, sehingga dalam hal ini ia harus diinjeksi supaya dapat tertolong.
Apapun sebab
sesungguhnya, namun terbukti bahwa kebanyakan penyakit ini mulai
menyerang setelah orang menghadapi satu peristiwa yang menekan, yang
berakibat munculnya penyakit yang mungkin sudah terdapat secara
sembunyi di dalam diri orang itu. Sebab-sebab langsung itu adalah
sebagai factor pendorong, misalnya kesukaran ekonomi, keluarga atau
gagal dalam hubungan muda-mudi. Di antara factor pendorong itu
terdapat pula kegelisahan yang timbul akibat terlalu lama melakukan
onani, sehingga merasa berdosa atau menyesal, sedang menghentikannya
tidak sanggup.
Penyakit
ini biasanya lama sekali perkembangannya, mungkin dalam beberapa
bulan atau beberapa tahun, baru ia menunjukkan gejala-gejala yang
ringan, tapi akhirnya setelah peristiwa tertentu, tiba-tiba terlihat
gejala yang hebat sekaligus.
- Paranoia
Salah satu penyakit
jiwa yang terkenal pula adalah penyakit paranoia,
“gila kebesaran”, atau “gila menuduh orang”. Penyakit ini
tidak banyak terjadi, kadang-kadang hanya satu atau dua orang saja
yang terdapat menjadi penghuni dari salah satu rumah sakit jiwa.
Biasanya penyakit ini mulai menyerang orang sekitar umur 40 tahunan.
Di antara ciri-ciri
khas dari penyakit ini adalah delusi,
yaitu suatu pikiran salah yang menguasai orang yang diserangnya.
Delusi
ini berbeda bentuk dan macamnya sesuai suasana dan kepribadian si
sakit, misalnya:
- Si sakit mempunyai satu pendapat (keyakinan) yang salah, segala perhatiannya ditujukan kesana dan yang satu itu pula yang menjadi buah tuturnya, sehingga setiap orang yang ditemuinya akan diyakinkannya pula akan kebenaran pendapatnya itu. Misalnya ada seorang suami yang menyangka bahwa istrinya berniat jahat kepadanya dan akan meracuninya. Maka selalu diusahakannya menghindari makan di rumah, karena takut akan termakan racun itu.
- Si sakit merasa bahwa ada orang yang jahat kepadanya dan selalu berusaha untuk menjatuhkan atau menganiayanya.
- Si sakit merasa bahwa dirinya orang besar, hebat tiada bandingya, dia meyakini bahwa dirinya adalah seorang pemimpin yang terbesar atau mungkin ia mengaku Nabi.
Delusi atau
pikiran salah yang dirasakan oleh si sakit itu, sangat menguasainya
dan tidak bisa hilang. Kecuali itu jalan pikirannya terlihat teratur
dan tetap. Pada permulaan orang akan menyangka bahwa pikirannya itu
logis dan benar. Biasanya orang yang diserang oleh paranoia
itu cerdas, ingatannya kuat, emosinya terlihat berimbang dan cocok
dengan pikirannya. Hanya saja ia mempunyai satu kepercayaan salah dan
segala perhatian dan perkataannya dalam hidup dikendalikan oleh
pikiran yang salah itu.
Sebernanya kita
harus membedakan antara sakit paranoia
yang sungguh-sunguh dengan kelakuan paranoid.
Orang yang mempunyai kelakuan paranoid,
yang tentunya juga abnormal, adalah:
- Terlihat sekali dalam segala tindakannya, bahwa ia egois, keras kepala dan sangat berkeras atas pendirian dan pendapatnya.
- Tidak mau mengakui kesalahan atau kekurangannya, selalu melemparkan kesalahan pada orang lain, dan segala kegagalannya disangkanya akibat dari segala campur tangan orang lain.
- Ia berkeyakinan bahwa dia mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang luar biasanya istimewanya. Ia berasal dari keturunan yang jauh lebih baik dari orang lain dan merasa bahwa setiap orang iri, dengki dan takut kepadanya.
- Dalam persaudaraan ia tidak setia, orang yang tadinya sangat dicintainya, akan dapat berubah menjadi orang yang sangat dibencinya oleh karena sebab yang remeh saja.
- Orang ini tidak dapat bekerja yang membutuhkan kepatuhan kepada pimpinan, karena ia suka membantah atau melwan dan mempunyai pendapat sendiri, tidak amu menerima nasehat atau pandangan orang lain yang berlainan dengan pendapatnya.
- Manic-Depressive.
Penyakit jiwa yang
terkenal juga adalah manic-depressive,
dimana penderitanya mengalami rasa besar/gembira yang kemudian
berubah menjadi sedih/tertekan.
Gejala-gejalanya
ada dua macam, yaitu:
- Mania, yang mempunyai tiga tingkatan, yaitu ringan (hypo), berat (acute) dan sangat berat (hyper).
Dalam tidakannya
orang yang diserang oleh mania
ringan terlihat selalu aktif, tidak kenal payah, suka menguasai
pembicaraan, pantang ditegur perkataan atau perbuatannya, tidak tahan
mendengar kecaman terhadap dirinya. Biasanya orang ini suka
mencampuri urusan orang lain yang tidak ada hubungan dengan dirinya.
Dalam mania
yang
berat (acute),
orang biasanya diserang oleh delusi-delusi
pada waktu-waktu tertentu, sehingga sukar baginya untuk melakukan
suatu pekerjaan dengan teratur. Si sakit mengungkapkan rasa gembira
dan bahagianya secara berlebih-lebihan. Kadang-kadang ia diserang
oleh lamunan yang dalam sekali, sehingga tidak dapat ia membedakan
tempat, waktu dan orang-orang sekelilingnya.
Dalam hal mania
yang sangat berat (hyper)
orang yang diserangnya kadang-kadang membahayakan dirinya sendiri dan
mungkin membahayakan orang lain dalam sikap dan perbuatannya.
Penyakit ini
dinamakan juga “gila kumat-kumatan”, karena si sakit berubah-ubah
dari rasa lega dan gembira yang berlebih-lebihan, sudah itu bisa
kembali, atau menurun menjadi sedih, muram dan tak berdaya.
Dalam hal pertama
penderita berteriak, mencaci-maki, marah-marah dan sebagainya,
kemudian kembali kepada ketenangan biasa, dan bekerja seperti tidak
ada apa-apa.
Dalam hal kedua
mungkin ia sangat emosional, marah, mencaci-maki, memukul orang,
ingin menghancurkan segala sesuatu, tertawa terbahak-bahak dan
sebagainya. Kemudian dalam sebentar waktu berubah menjadi tenang
kembali, bahkan kelihatan menjadi sedih, murung, rendah dan kecil
hati.
- Melancholia (rasa tertekan)
Dalam melancholia
orang selalu terlihat murung, sedih dan putus asa. Ia merasa diserang
oleh bermacam penyakit yang tidak bisa sembuh, atau merasa telah
berbuat dosa yang tidak mungkin diampuni lagi. Bahkan kadang-kadang
ia menyakiti dirinya misalnya menyayat-yayat kemaluannya, sering pula
si sakit berusaha membunuh orang-orang yang paling dicintainya dan
kemudian bunuh diri, karena ia merasa kasihan kepada mereka.
Melancholia
inipun bertingkat-tingkat pula, yaitu: ringan, berat dan involusi
(hilangnya kesuburan).
Orang yang diserang
oleh penyakit melancholia
yang ringan, merasa bahwa kegiatan pikiran dan fisiknya berangsur
kurang, sering mengeluh tentang nasibnya yang tidak baik dan merasa
tak ada jalan untuk memperbaikinya. Karena itu ia tidak mau ikut
aktif dalam hal apapun, bahkan ia nerasa tidak ada gunanya ia hidup.
Dalam hal
melancholia
berat si sakit menjauhkan dirinya sama sekali dari masyarakat, tidak
mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. Gejalanya
yang paling menonjol ialah si sakit merasa bahwa ia telah terlanjur
berbuat dosa atau kesalahan-kesalahan besar yang tidak terampuni
lagi, ia mersa seolah-olah dialah yang telah menyebabkan orang
menderita bahaya dan kesengsaraan.
Melancholia
yang ketiga adalah yang terkenal dengan melancholia
pada umur putus asa, dimana orang yang dihinggapinya telah mencapai
umur putus asa karena habisnya kesuburan (involusi).
Permulaanya berbeda antara laki-laki dengan wanita. Pada wanita
kira-kira pada umur 40-50 tahun, sedang laki-laki pada umur 50-65
tahun. Orang-orang pada umur ini menampakkan gejala-gejala kelambanan
karena habisnya hormon. Kekuatan pikiran dan fisik mulai berkurang.
Diantara ciri-ciri
penyakit ini ialah, orang yang sakit merasa curiga dan putus asa,
gelisah, pelamun. Mungkin ia akan keluar masuk kamar sambil mengeluh,
menarik-narik rambutnya, mengempas-empaskan tangannya, menyesali
dirinya. Biasanya ia tidak mau makan dan marah kepada orang-orang
yang mencoba mendekatinya. Banyak ahli yang menyangka bahwa kehabisan
hormonlah yang menyebabkan penyakit itu.
Demikianlah
antara lain gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa yang membuktikan
betapa besar akibatnya bila ternganggunya kesehatan mental seseorang,
yang akan menghilangkan kebahagian dan ketenangan hidupnya.
Sebab-sebab
yang membawa orang kepada kehidupan yang tidak bahagia adalah jauh
dari mental yang sehat. Bahkan jatuh dalam kondisi sakit jiwa ini
semua terjadi tidak lepas pengalaman dimasa lampau. Demikian pula
pada pendidikan yang diterima orang tua dari sekolah dan suasana yang
membesarkan individu tersebut. Karena itu lingkungan rumah tangga
sekolah dan masyarakat mempunyai peranan penting dalam membentuk
kesehatan mental individu.
E.
PENYAKIT HATI
Hidup
sehat menurut tasawuf dapat pula dijalani dengan membuang
penyakit-penyakit hati seperti ujub, takabur, ria’, dengki, dendam,
benci, pemarah, pelit, serakah, tamak, dusta, menipu, mefitnah,
khianat, ghibah, naminah, keras hati, gengsi, dan keluh kesah. Semua
orang yang mengidap penyakit hati ini sering dihinggapi perasaan
resah dan gelisah, terutama kalau harapanya tidak terpenuhi.
Seseorang misanya, mengharapakn pujian tetapi orang-orang yang dia
harapkan tidak memujinya atau malah mencemoohnya, maka dia akan
kecewa dan gelisah. Bisa jadi karena itu dia merasa tertekan (stress)
dan jatuh sakit. Lebih dari itu, penyakit hati termasuk penyakit jiwa
yang buruk dan tercela karena dapat merugikan diri sendiri dan orang
lain.
Beberapa
penyakit hati seperti dibawah ini:
- Ujub
Ujub adalah sikap
yang menganggap diri sendiri sebagai ajaib dan menakjubkan dengan
kata lain melebih-lebihkan/ membanggakan diri sendiri.
Dalam kehidupan
sehari-hari indikasi adanya ujub pada diri kita antara lain ialah
mulai gemar berkata batin dan lisan: “kalau bukan saya mana bisa”,
“untung ada saya” dan sebagainya. Termasuk ujub itu ialah
mementingkan diri sendiri penting dan mudah tersinggung bila
diabaikan, misalnya berkata: “saya ini dianggap apa”, “yang
menentukan siapa”, “yang berkuasa disini siapa” dan sebainya.
Ungkapan-ungkpan semacam itu tedengar aneh dan berlebihan. Tetapi,
kalau benar-benar kita amati dalam pergaulan sehari-hari kita cukup
kaget menemukan banyak sikap yang demikian terdapat pada banyak orang
termasuk kita sendiri. Kalau kita mau jujur pada diri sendiri dan
intropeksi.
Karena itu kita
harus selalu mawas diri sebab sesungguhnya ujub itu merupakan
kelemahan diri sendiri. Ujub atau sifat memuji diri sendiri merupakan
kelakuan yang tidak simpatik sehingga membuat orang lain menyingkir
dari kita. Kalau kita memuji diri sendiri berkenaan dengannhal-hal
yang barang kali memang sungguh-sungguh ada pada kita, maka kita
dikatakan ujub. Tetapi bila tidak ada pada kita maka kita terindikasi
sebagai orang munafik. Ujub menimbulkan berbagai pengaruh negatif
dalam penderitanya keanggkuhan dan lupa terhadap dosa-dosa.
- Takabur
Takabur/ congkak/
angkuh adalah sikap jiwa yang menganggap diri lebih baik daripada
orang lain atau merendahkan orang lain. Nabi Muhammad, S.A.W.
Bersabda, “ Kecongkakan ialah menolak kebenaran dan melecehkan
orang” (H.R. Muslim dan Tirmizi).
- Ria’
Menurut Muhammad
Mahdi bin abi Dzar al-Naraqi, Ria’ adalah melakukan sesuatu yang
bukan karena Alloh, SWT. Melainkan untuk pamer. Hal ini termasuk
penyakit hati yang bisa membunuh kehidupan beragamanya.
- Dengki
Dengki ialah
menginginkan musnahnya keberuntungan seseorang/ orang lain. Memang
diantara penyakit ahti dengki atau hasad adalah salah satu penyakit
hati yang sangat berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat dan
beragama. Kita disebut dengki apabila kita tanpa alas an jelas
apalagi alasan yang tidak adil kita tidak senang pada orang lain yang
mereka punyai/ miliki.
- Dendam
Rasa dengki
kadang-kadang menjadi dendam. Dengki dan dendam pada prinsipnya sama
yaitu rasa iri dan benci kepada orang yang menjadi sasaranya, tetapi
dengki biasanya tertutup, sedangkan dendam lebih agresif sehingga
kadang terbuka seperpti memusuhi sasaranya secara terang-terangan
dengan cara memfitnah, menjelek-jelekan, membongkar keburukanya dan
menyerangnya secara fisik.
- Benci
Rasa benci terjadi
karena kemarahan yang tertekan. Hal ini biasanya disertai dengan
dengki dan dendam serta menyebakan putusnya hubungan persahabatan
dengan orang yang dibenci. Tidak jarang rasa benci itu dilampaiskan
dengan fitnah, bongkar keburukkan, kadang malah menunjukkan rasa
bencinya dengan terbuka mencaci maki dan menyerang secara fisik.
Kalau itu terjadi pastilah merugikan orang lain.
Rasa benci,
sebagiamana kebalikannya rasa cinta, yang sebenarnya merupakan hal
yang manusiawi. Karena itu benci dan cinta tidak dapat kita hindari.
Yang penting disini adalah pengendalian diri agar tidak berkembang
secara berlebihan, dan usahakan sekedarnya saja. Ada sebuah syair
Arab menyatakan:
Cintailah
orang yang kamu cintai, tetapi tidak perlu berlebihan, karena suatu
saat nanti dia akan jadi orang yang kamu benci.
Dan
bencilah orang yang kamu benci sekedarnya saja, tetapi jangan
berlebihan, karena suatu saat orang yang kamu benci adalah orang yang
kamu cintai.
Mengobati penyakit rohani tentu
tidak sama dengan mengobati penyakit jasmani. Dalam mengobati
penyakit jasmani, inisiatif mungkin bisa muncul dari orang lain,
tetapi kalau penyakit rohani diperlukan tekad dari si penderita itu
sendiri
- Marah
Rasa marah
sebenarnya manusiawi dan kadang diperlukan untuk mempertahnkan diri,
keluarga, agama dan tanah air. Karena itu kemarahan yang tidak boleh
adalah kemarahan yang tidak pada tempatnya. Kemarahan itu harus
dikendalikan atau ditahan.
Pandai menahan
amarah dan mudah memaafkan sesame manusia adalah dua kualitas
kemanusian yang terkait satu sama lain bagaikan dua muka dari satu
keeping uang logam-dua aspek dari satu hakikat yang tidak dapat
dipisahkan.
Jadi kemarahan itu
lebih baik ditahan dan diganti dengan sikap pemaaf kepada sesama
makhluk pada umumnya. Jika kita jalani petunjuk tuhan, pasti terbukti
jauh lebih sehat dibandingkan sebaliknya.
- Kikir/ Pelit
Kikir atau pelit
dalam bahasa arab disebut bakhil
atau
bukhil
yaitu
tidak memberikan harganya pada saat harta itu perlu disumbangkan
kepada yang memerlukannya. Misalnya, pada saat orang lain
mengumpulkan dana untuk diberikan kepada fakir miskin dia tidak ikut
menyumbang. Kebalikan kikir adalah sikap boros; membelanjakan
hartanya secara berlebihan pada saat harus hemat.
Sikap kikir tidak
hanya terjadi dalam kehidupan social, tetapi tidak mengeluarkan zakat
hartanya atau berzakat tetapi jumlah yang seharusnya juga tidak
memberikan infak dan sedekah kepada fakir miskin. Harus disadari
bahwa harta itucepat atau lambat akan ditinggal dan hanya amal saleh
yang akan menyertainya ke akhirat kelak.
Jiwa
itu tiga macam: jiwa nabati, jiwa hewani, dan jiwa insane. Kenikmatan
jiwa nabati berasal dari makan dan minum. Kenikmatan jiwa hewani
berasal dari hubungan seks dan berbagai tindakan yang diakbatkan oleh
amarah. Kenikmatan insan berasal dari mendapatkan pengetahuan ilahi,
mendekatkan diri kepada Tuhan, dan mencintainya-Nya
- Serakah
Serakah ialah suatu
keadaan jiwa yang membuat manusia tidak puas dengan apa yang dimiliki
yang lebih banyak lagi. Keserakahan ini tidak hanya meliputi pada
kepemilikan harta, tetapi juga terhadap makanan, minuman, kegiatan
seksual, dan sebagainya. Ini termasuk penyakit hati yang tercela dan
tidak sehat, karena hati orang serakah tidak pernah tenang, puas, dan
selalu merasa kekurangan dank arena itu didorong berbuat buruk,
misalnya menipu, mencuri, manipulasi, korupsi dan sebagainya untuk
memenuhi nafsu serakahnya terhadap harta dan kedudukanya.
Lawan dari serakah
adalah qanaah/ mersa cukup hal ini dapat membuat orang mengendalikan
keinginanya yang tidak baik dan merasa cukup terhadap apa yang telah
dimilikinya. Orang yang berbuat kebajikan itu hidup lebih terhormat,
terpandang, dan merdeka dia kebal terhadap penyakit yang ditimbulkan
kelimpahan harta didunia serta hukumana di akhirat.
Penyakit serakah
itu dapat disembuhkan dengan merenungkan keburukan dan
akibat-akibatnya yang merugikan dan menyadari bahwa serakah merupakan
perangai hewan yang tidak mengenal batas dan kepuaasan serta
menggunakan segala cara, termasuk yang haram sekalipun dalam memenuhi
tuntutan nafsu serakahnya.
- Tamak
Tamak
ialah terkaitnya hati atau mengincar apa yang dimiliki atau berada
pada orang lain. Tamak termasuk penyakit hati yang harus dibuang oleh
orang yang ingin hidup sehat. Penyakit hati ini disebabkan oleh sikap
yang terlalu cinta kehidupan dunia, tidak mengerti hidup
bermasyarakat bahwa orang harus saling menolong dan bukannya saling
iri dan menjatuhkan. Penyakit hati ini juga disebabkan oleh sikap
yang tidak memercayai takdir Allah yang telah menentukan nasib
hamba-Nya masing-masing. Lawan tamak ialah tidak tergantung pada
orang lain dan tidak memusingkan diri dengan apa yang dimiliki atau
dikuasai oleh orang lain.
Sifat
tamak dapat dihilangkan dengan berusaha semaksimal mungkin tanpa
tergantung pada orang lain, mayakinkan diri sendiri bahwa berapapun
yang diperoleh adalah takdir Tuhan yang harus diterima secara ikhlas,
karena Tuhan telah memberi kelebihan kepada setiap orang, hanya saja
kelebihan itu berbeda satu sama lain. Karena itu, cara lainnya untuk
membuang sifat tamak ialah tidak mempersoalkan segala sesuatu yang
Tuhan berikan kepada orang lain. Setelah itu hendaknya kita bersikap
menyerah sepenuhnya kepada Tuhan agar selalu memelihara kita dengan
kemaslahatan dan kebaikan dari apa yang telah kita miliki.
- Dusta
Dusta
termasuk penyakit hati dan kelakuan buruk yang merugikan diri sendiri
dan orang lain, bahkan masyarakat umumnya, tergantung dilevel mana
orang itu berada dalam masyarakat dan negara. Kerugian bagi diri
sendiri adalah bahwa pendusta atau pembohong akan dijauhi, dibenci,
dan dihujat oleh orang yang dirugikan dan orang yeng mengetahui
kelakuan buruknya. Sedangkan kerugian bagi orang lain adalah bahwa
kelakuan buruk ini dapat merusak tatanan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Misalnya, salah satu wujud dusta itu ialah
perbuatan korupsi.
- Menipu
Tindakan
menipu merupakan saudara kembar dusta. Orang yang menipu pasti
berdusta, karena tindakan penipuan selalu disertai dengan perkataan
yang tidak benar yang menyebabkan korbannya tertipu. Karena itu,
sebagaimana halnya dusta, maka tindakan menipu juga merupakann
penyakit hati dan perbutan tercela.
Tindakan
menipu juga merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang dikenal
suka menipu tidak akan dipercaya kalau berbicara, malah akan dijauhi
oleh orang-orang disekitarnya. Kemudian, orang yang suka menipu jika
mendapat kesempatan memimpin suatu tugas akan sangat berbahaya,
karena akan melakukan tindakan yang merugikann tugas dan orang-orang
yang dipimpinnya, seperti kasus korupsi. Tindakan menipu bisa
terjadai antarpribadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pedagang
bisa menipu pembelinya.
- Fitnah
Fitnah
adalah perkataan bohong atau tanpa didasari kebenaran yang disebarkan
dengan maksud memburuk-burukkan orang, seperti menodai nama baiknya,
merusak kehormatannya, dan semacamnya. Jadi, fitnah termasuk
perbuatan dusta, sehingga hukumnya haram dan tercela. “
fitnah lebih kejam dari pembunuhan”.
“ Sesungguhnya
orang beriman biasa berkompetisi dan orang munafik biasa mendengki”
(Al-Hadist).
Fitnah
merupakan penyakit hati yang harus dibuang. Caranya ialah menjauhi
segala penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu dan persaingan
duniawi yang tidak adil. Kemudian menekan gejala fitnah dengan
menutup peluang munculnya penyakit hati ini, seperti hati-hati dalam
berbicara, berbicara seperlunya atau tidak berlebihan, kalau
berbicara selalu berdasarkan fakta yang benar, dsb.
- Khianat
Khianat
adalah perbuatan tidak setia, tipu daya atau perbuatan yang
bertentangan dengan janji. Ini juga merupakan perbuatan tercela dan
penyakit hati yang harus dijauhi. Tuhan berfirman:
Hai
orang-orang yang beriman!
Janganlah
khianati Allah dan Rasul.
Dan
janganlah khianati amant-amanat
yang
dipercayakan kepadamu,
sedang
kamu mengetahui (al-Anfal
8:27)
Selain
itu Rasulullah bersabda, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga:
Bila berkata dia dusta, bila berjanji dia mangkir, dan bila dipercaya
dia khianat” (H.R. Muslim). “Bila sikap amanah (dapat dipercaya)
hilang, maka tunggulah datangnya kehancuran” (H.R. Bukhari).
Firman
Tuhan dan hadist-hadist itu tegas melarang sifat khianat dan
memerintahkan kebalikannya, yaitu amanah (dapat dipercaya). Tuhan
berfirman: “Sungguh
Allah memerintahkan kepadamu menyampaikan amanat kepada orang (yang
berhak menerimanya)” (An-Nisa’
4: 58)
Sifat
khianat dilarang karena merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang
yang diketahui suka berkhianat akan dijauhi dan dibenci oleh orang
lain. Kalau orang yang suka khianat memegang suatu jabatan boleh jadi
akan menyalahgunakan jabatan itu, seperti memperkaya diri sendiri
secara tak sah atau korupsi, dan ini jelas merugikan orang lain.
- Gibah
Gibah berarti
mempergunjingkan orang lain, yakni, membicarakan hal-hal yang tidak
disukai oleh orang yang dibicarakan kalau dia mendengarnya, seperti
kondisi fisiknya, akhlaknya, nasab atau keturunannya, kehidupan
agamanya, pakaiannya, rumahnya, kendaraanya, dan sebagainya. Orang
yang suka mempergunjingkan orang lain termasuk perbuatan tercela,
penyakit hati, dan orang seperti itu dalam Alquran diibaratkan orang
suka
memakan daging saudaranya sendiri yang sudah meninggal.
- Namimah
Namimah berarti
menghasut orang dengan menyampaikan kabar bohong dan fitnah tentang
orang lain. Ini juga disebut tukang adu domba atau sekarang populer
dengan istilah “provokator”. Perbuatan ini tercela dan merupakan
penyakit hati yang harus ditepis. Sabda Rasulullah : “Tidak masuk
surge orang yang suka menghasut” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Namimah tercela
karena menyebarkan dusta, fitnah, kebencian, dan permusuhan di tengah
masyarakat. Padahal sebenarnya mereka tidak saling membenci dan
bermusuhan. Orang-orang yang saling membenci dan bermusuhan sekalipun
harus didamaikan, bukan justru orang yang tidak bermusuhan dihasut
suoaya bermusuhan.
- Keras Hati
Keras hati disebut
fazh
atau
fizhazh,
yaitu watak dan sikap keras yang ditunjukkan dengan perangai dan
bicara kasar seseorang yang menyebabkan orang lain bersikap canggung,
bahkan antipasti dan benci kepadanya. Ini disebabkan oleh
kesombongan, ujub, dan kecenderungan merendahkan orang lain. Sikap
ini tercela dan tidak sehat.
Orang yang keras
hati akan terisolasi, dibenci oleh orang lain, mudah meluapkan
kemarahannya kepada orang lain yang tidak sepaham, jauh dari rahmat
Allah dan menjadi orang yang celaka.
Sikap tercela itu
dapat dibuang dengan memahami bahwa Allah menciptakan keistimewaan
dan kekurangan pada setiap orang agar mereka bergaul,bekerja sama,
dan tolong-menolong, berkata sopan dan beradaptasi dengan
lingkungannya.
- Gengsi
Gengsi disebut
waqahah,
yaitu sikap menjauhi ajaran agama karena khawatir harga diri jatuh
atau dianggap kuno. Misalnya sikap orang yang tinggi kedudukannya
atau kaya yang tidak mau bergaul dengan orang yang rendah
kedudukannya dan miskin, tidak mau membantunya atau tidak mau
mengerjakan pekerjaan yang dianggap rendah.
Itu semua terjadi
karena rasa malu, yaitu rasa malu yang bersifat negatif.
- Keluh Kesah
Keluh kesah disebut
al-jaza,
yaitu ketidaksanggupan seseorang dalam memikul musibah atau bencana
yang menimpanya, kemudian menampakkannya dengan ucapan, perbuatan,
dan sikap keluh kesah. Orang yang bersikap seperti ini tidak akan
mampu bepikir jernih, karena hatinya tidak tenteram. Keadaan jiwa
seperti ini bisa jadi menimbulkan bencana yang lain, karena pikiran
dan hati yang tidak tenteram itu.
F.
KESEHATAN MENTAL
Kesehatan
mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose)
dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
Orang
menderita gangguan jiwa bila: sering cemas tanpa diketahui sebabnya,
malas, tidak ada kegairahan untuk bekerja, rasa badan lesu dan
sebagainya. Gejala-gejala tersebut dalam tingkat lanjutannya terdapat
pada penyakit anxiety,
neurasthenia
dan sebagainya. Sedangkan sakit jiwa adalah orang yang pandangannya
jauh berbeda dari pandangan orang pada umumnya, jauh dari realitas,
yang dalam istilah sehari-hari kita kenal miring, gila dan
sebagainya.
Kesehatan
mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,
dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Untuk
dapat menyesuaikan diri dengan diri sendiri, kita harus lebih dulu
mengenal diri kita dan menerimanya sebagaimana adanya, lalu bertidak
sesuai dengan kemampuan dan kekurangan yang ada pada kita.
Disamping
itu, kita juga harus mengenal, memahami dan meneliti orang lain dari
segala segi secara objektif. Jangan kita melihat dan menilai orang
lain secara subjektif, yaitu menurut perasaan dan ukuran kita ; tapi
usahakanlah melihat orang dengan ukuran-ukuran orang itu sendiri.
Kita harus mengenal keistimewaan orang disamping kekurangan atau
kelemahan-kelemahannya.
Selanjutnya
perlu pula diketahui lingkungan, termasuk kaidah-kaidah sosial,
peraturan-peraturan, undang-undang, adat kebiasaan, ajaran agama yang
dianut dan suasana pada umumnya. Dalam tindakan, pandangan dan apa
saja yang terjadi, kita tidak boleh melupakan di mana kita berada,
agar tindakan kita tidak bertentangan dengan peraturan dan kebiasaan
yang berlaku, serta menyadari sepenuhnya akan kewajiban kita terhadap
lingkungan itu.
Kalau
kita perhatikan orang-orang dalam kehidupannya sehari-hari, akan
bermacam-macamlah yang terlihat. Ada orang yang kelihatannya selalu
gembira dan bahagia, walau apapun keadaan yang dihadapinya. Dia
disenangi orang, tidak ada yang membenci atau tidak menyukainya, dan
pekerjaannyapun selalu berjalan dengan lancer.
Sebaliknya
ada pula orang yang sering mengeluh dan bersedih hati, tidak cocok
dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak bersemangat serta tidak
dapat memikul tanggung jawab. Hidupnya dipenuhi kegelisahan,
kecemasan dan ketidakpuasan, dan mudah diserang oleh
penyakit-penyakit yang jarang dapat diobati. Mereka tidak pernah
merasakan kebahagiaan.
Disamping
itu ada pula yang orang yang dalam hidupnya suka menganggu, melanggar
hak dan ketenangan orang lain, suka mengadu-domba, memfitnah,
menyeleweng, menganiaya, menipu dan sebagainya.
Gejala-gejala
yang menggelisahkan masyarakat itulah, yang mendorong para ahli Ilmu
Jiwa untuk berusaha menyelidiki apa yang menyebabkan tingkah laku
orang berbeda, kendatipun kondisinya sama. Juga apa sebabnya ada
orang yang tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam
hidup ini. Usaha ini menumbuhkan satu cabang termuda dari Ilmu Jiwa,
yaitu Kesehatan
Mental (Mental Hygiene).
Kesehatan
mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan
yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri
dan orang lain ; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit
jiwa.
Mendorong
orang memperkembangkan dan memanfaatkan segala potensi yang ada.
Jamgan sampai ada bakat yang tidak bertumbuh dengan baik, atau yang
digunakan dengan cara yang tidak membawa kepada kebahagiaan, yang
mengganggu hak dan kepentingan orang lain. Bakat yang tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, akan membawa kepada kegelisahan
dan pertentangan batin. Dalam pergaulan dengan orang atau keluarganya
akan terlihat kaku dan mungkin sekali tidak akan mengindahkan orang,
karena ia merasa menderita, sedih, marah kepada dirinya dan orang
lain.
Mungkin
pula orang mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensi
yang ada padanya dengan baik, tapi kepandaian dan kecerdasannya itu
digunakannya untuk menipu, mengambil hak orang lain, atau
menyengsarakan orang dengan fitnahan yang dibuat-buatnya. Maka orang
itupun termasuk orang yang kurang sehat.
Kesehatan
mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara
fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif
kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Fungsi-fungsi
jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan
hidup, harus dapat saling membantu dan bekerja sama satu sama lain,
sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan, yang menjauhkan orang
dari perasaan ragu dan bimbang, serta terhindar dari kegelisahan dan
pertentangan batin (konflik).
Keharmonisan
antara fungsi jiwa dan tindakan tegas itu dapat dicapai antara lain
dengan keyakinan akan ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan
norma-norma sosial, hukum, moral dan sebagainya.
Fungsi-fungsi
jiwa dengan semua unsur-unsurnya, bertindak menyesuaikan orang dengan
dirinya, dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam menghadapi
suasana yang selalu berobah, fungsi-fungsi jiwa akan bekerja sama
secara harmonis dalam menyiapkan diri untuk menghadapi
perubahan-perubahan tersebut. dengan demikian perubahan-perubahan itu
tidak akan menyebabkan kegelisahan dan kegoncangan jiwa.
Tidak
seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan dan kebahagiaan
dalam hidup. Dan semua orang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak
semuanya dapat mencapai yang diingininya itu. Bermacam sebab dan
rintangan yang mungkin terjadi, sehingga banyak orang yang mengalami
kegelisahan, kecemasan dan ketidakpuasan.
Sesungguhnya
ketenangan hidup, ketentraman jiea atau kebahagiaan batin, tidak
banyak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial,
ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya ; akan tetapi lebih
tergantung kepada cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Diantara
gangguan perasaan yang disebabkan oleh karena terganggunya kesehatan
mental ialah: rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah
diri, pemarah, ragu (bimbang) dan sebagainya. Macam-macam perasaan
itu mungkin satu saja yang menonjol, mungkin pula dua atau lebih,
bahkan mungkin semuanya terdapat pada satu orang.
Ganggunan
jiwa (neurose)
dan penyakit jiwa (psychose)
adalah akibat dari tidak mampunya orang menghadapi
kekurangan-kekurangannya dengan wajar, atau tidak sanggup ia
menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri adalah:
- Frustrasi (tekanan perasaan)
Frustasi ialah suatu
proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi
sesuatu hal yang menghalangi keinginannya.
- Konflik (pertentangan batin)
Konflik jiwa atau
pertentangan batin, adalah terdapatnya dua macam golongan atau lebih,
yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain, dan tidak mungkin
dipenuhi dalam waktu yang sama.
- Kecemasan (anxiety)
Kecemasan adalah
manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang
terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan
pertentangan batin (konflik).
Kecemasan itu
mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak
berdaya, rasa berdosa/bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada
segi-segi yang ada diluar kesadaran dan tidak bisa menghindari
perasaan yang tidak menyenagkan itu. Rasa cemas itu terdapat dalam
semua gangguan dan penyakit jiwa, dan ada bermacam-macam pula.
Pertama,
rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang
mengancam dirinya; Kedua,
rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk;
Ketiga,
cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Dengan ringkasan
tersebut dapat dikatakan, bahwa cemas itu timbul karena orang tidak
mampu menyesuaikan diri dengan dirinya, dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya.
Cara
yang terbaik untuk menghilangkan ketegangan batin ialah dengan jalan
menghilangkan sebab-sebabnya. Tetapi tidak semua orang sanggup
mengatasinya dengan cara tersebut, dan mencari jalan lain yang kurang
sehat yaitu berupa usaha-usaha yang tidak disadari. Cara-cara
tersebut adalah:
- Pembelaan
Usaha yang dilakukan
untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal bagi tindakan yang
sesungguhnya tidak masuk akal.
- Proyeksi
Proyeksi adalah
menimpakkan sesuatuyang tersa dalam dirinya kepada orang lain,
terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk
akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.
- Identifikasi
Identifikasi adalah
kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut merasakan sebagian dari
tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang lain.
- Hilang Hubungan (disasosiasi)
Seharusnya
perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu sama lain.
- Represi
Represi adalah
tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-keinginan yang tidak
disetujui oleh hati nuraninya.
- Substitusi
Substitusi adalah
cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-cara yang tidak
disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam substitusi orang melakukan
sesuatu, karena tujuan-tujuan yang baik, yang berbeda sama sekali
dari tujuan asli yang mudah dapat diterima, dan berusaha mencapai
sukses dalam hal itu.
Substitusi itu ada
dua macam, yaitu: pertama,
sublimasi, pengungkapan dari dorongan yang tidak dapat diterima dalam
masyarakat dengan cara yang dapat diterima; kedua,
kompensasi
usaha untuk mencapai sukses dalam suatu lapangan, setelah gagal dalam
lapangan lain.
G.
KEPRIBADIAN DAN PERILAKU KESEHATAN
TEORI
PERKEMBANGAN MANUSIA
- Teori Nativisme
Teori ini
menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan ditentukan oleh
faktor-faktor nativius, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan
faktor-faktor dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Menurut
teori ini sewaktu individu dilahirkan telah membawa sifat-sifat
inilah yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan,
sedangkan faktor lain yaitu lingkungan, termasuk di dalamnya
pendidikan dapat dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan
individu itu. Teori inin dikemukakan oleh Schopenhouer (Bigot dkk,
1950).
- Teori Empirisme
Teori ini
menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh
empirisnya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama
perkembangan individu itu juga pendidikan yang diterima oleh individu
yang bersangkutan. Menurut teori ini individu yang dilahirkan sebagai
kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-
tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian, tergantung
kepada apa yang akan ditulisakandi atasnya.
Karena itu peranan
para pendidik dalam hal ini sangat besar, pendidikanlah yang akan
menentukan keadaan individu itu di kemudian hari. Karena itu aliran
atau teori ini dalam lapangan pendidikan menimbulkan pandangan yang
optimistis yang memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang cukup
mampu untuk membantu pribadi individu.
Teori empiris ini
dikemukakan oleh John Lokke, juga sering dikenal dengan teori
tabularsa, yang memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai
peranan.
- Teori konvergenst
Teori ini
merupakan teori gabungan (konvergensi) dari kedua teori tersebut
diatas, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh Wiliam Stern, baik
pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang
penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu ditentukan
oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor
lingkungan (termasuk pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor
eksogen
Teori Freud mengenai
kepribadian dapat diikhtisar dalam rangka struktur, dinamika dan
perkembangan kepribadian:
- Struktur kepribadian
Menurut
Freud kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek ,yaitu:
- Das Es (the id), yaitu aspek biologis,
- Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis,
- Das Ueber Ich (the super ego) yaitu aspek sosiologis.
Kendatipun
ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi,sifat,komponen,
prinsip kerja, dinamika sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan
dengan rapatnya sehingga sukar (tidak mungkin) untuk memisah-misahkan
pengaruhnya terhadap tingkah laku namun tingkah laku selalu merupakan
hasil sama dari ketiga aspek itu.
- Pola perilaku
Penelitian-penelitian
yang terbaru banyak dilakukan untuk meneliti factor-faktor
kepribadian dan/atau pola-pola perilaku sebagai factor resiko untuk
penyakit jantung koroner dan kardiovaskuler.
- Perilaku “Tipe A”
Tipe
A pertama kali digambarkan secara jelas dan diukur oleh Friedman dan
Roseman di tahun 1959 (Jenkins, 1988; Taylor, 1991 dll). Aslinya hal
ini digambarkan sebagai gaya perilaku dan emosi.
Kebanyakan
para penulis setuju adanya tiga ciri-ciri utama tipe A:
- Orientasi persaingan prestasi; ambisius, kritis terhadap diri sendiri.
- Urgensi waktu; berjuang melawan waktu, tidak sabaran, melakukan pekerjaan yang berbeda-bedadalam waktu yang sama.
- Permusuhan; mudah marah, kadang-kadang agresif.
- Perilaku “Tipe B”
Sebaliknya,
tipe B meliputi orang-orang yang mempunyai gaya perilaku yang
berlawanan, rileks, tidak terburu-buru, sedikit mudah terpancing
untuk marah, berbicara dan bersikap dengan lebih tenang, dan lebih
terbuka untuk memperluas pengalaman hidup.
- Kepribadian ketabahan “Hardiness”
Tipe
kepribadian atau pola perilaku lain yang sering dibicarakan adalah
“ketabahan” (hardiness
atau hardy personality),
sebuah gagasan konsep dari kobasa. Konseptualisasinya tentang
hardiness sebagai tipe kepribadian yang penting sekali pada
perlawanan terhadap stress, didapat dari teori eksistenikal
kepribadian (Gentry& Kobasa, 1984)
- Optimisme dan persaan pertalian.
Untuk melihat
kemampuannya dalam ramalan penyembuhan pembedaan. Keduanya ditemukan
sangat mampu meramalkan perbaikan dalam aspek-aspek positif dari
penyembuhan setelah mengontrol tingkat pembedahan.
KESEHATAN
DAN KESAKITAN
Pada
tahun 1947, “World Health Organization” mencoba untuk
menggambarkan kesehatan secara luas tidak hanya meliputi
(ketidakadanya) aspek medis tetapi juga aspek mental dan sosial.
Kesehatan diartikan sebagai:
“….keadaan
(status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan
bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan…”
Pengertian
yang komprehensif ini, walaupun masih samar-samar, tampaknya diterima
secara umum dan mengarahkan penelitian-penelitian, intervensi dan
pengembangan system perawatan kesehatan.
Penyakit
(disease)
dan kesakitan (illness),
meskipun sangat berkaitan satu dengan yang lainnya, namun
mencerminkan suatu perbedaan yang fundamental dan konsepsional
tentang periode sakit. Menurut Cassell “…kesakitan adalah apa
yang dirasakan pasien saat dia pergi ke dokter, sedang penyakit
adalah apa yang didapatnya sepulang dari dokter…” (Helman, 1990).
Jadi penyakit adalah sesuatu yang dimiliki suatu organ, sedang
“illness” adalah sesuatu yang dimiliki seseorang.
Gochman,
(1988) mendefinisikan “perilaku kesehatan”, tidak hanya meliputi
tindakan yang dapat secara langsung diamati dan jelas tetapi juga
kejadian mental dan keadaan perasaan yang diteliti dan diukur secara
tidak langsung.
Status
kesehatan adalah keadaan kesehatan pada waktu tertentu. Karena itu
status kesehatan tidak sama dengan perilaku kesehatan. Bagaimanapun,
menurut Cocbman (1988), persepsi seseorang terhadap status atau
persepsi peningkatan, kesembuhan atau perubahan lain pada status
kesehatan adalah perilaku kesehatan.
NORMAL
DAN ABNORMAL
Karakteristik
perilaku normal dapat diukur:
- Persepsi realita yang efisien.
Individu
normal cukup realistik dalam menilai reaksi dan kemampuannya dan
dalam menginterprestasikan apa yang terjadi di dunia sekitarnya.
- Mengenali diri sendiri.
Orang
yang dapat melakukan penyesuaian balik memiliki suatu kesadaran akan
motif dan perasaannya sendiri.
- Kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara sadar.
Individu
normal merasa cukup percaya tentang kemampuan dirinya untuk
mengendalikan perilaku mereka sendiri.
- Harga diri dan penerimaan.
Orang
yang mampu menyesuaikan diri secara baik maupun menilai harga dirinya
sendiri dan merasa diterima oleh orang di sekitarnya.
- Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih.
Individu
normal mampu membentuk hubungan yang erat dan memuaskan dengan orang
lain.
- Produktivitas.
Orang
yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, mampu menyalurkan kemampuan
mereka ke aktivitas produktif.
Perilaku
abnormal dapat didefinisikan berikut:
- Penyimpangan dari norma statistik.
Kata
abnormal berarti “menyimpang dan normal”. Banyak karakteristik,
seperti tinggi badan, berat badan, kecerdasan, mencakup suatu rentang
nilai jika diukur pada suatu populasi. Salah satu definisi
abnormalitas didasarkan pada frekuensi statistik: perilaku abnormal
adalah yang secara statistik jarang atau menyimpang dari normal.
Tetapi menurut definisi ini, orang yang sangat cerdas atau sangat
gembira akan diklasifikasikan sebagai abnormal.
- Penyimpangan dari norma sosial.
Perilaku
yang dianggap normal oleh suatu masyarakat mungkin dianggap abnormal
oleh masyarakat lain.
- Perilaku maladaptif.
Perilaku
maladaptif merupakan pemahaman perilaku abnormal yang bersifat
konseptual, yang memasukkan setiap perilaku yang memiliki konsekuensi
yang tidak diharapkan.
- Distresi pribadi.
Abnormalitas
dalam pengertian perasaan distress subjektif individual ketimbang
perilaku individual. Sebagian besar orang yang diagnosis menderita
penyakit mental merasakan penderitaan batin yang berat.
GANGGUAN
MENTAL
Gangguan
mental dapat dikategorikan berikut:
- Gangguan yang biasanya didiagnosis pertama kali pada masa bayi, masa anak-anak, atau masa remaja.
Termasuk
retardasi mental, gangguan belajar, gangguan keterampilan motorik,
gangguan komunikasi, gangguan perkembangan pervasive, gangguan
defisit-atensi dan perilaku mengacau, gangguan pemberian makanan dan
gangguan makan (misalnya, pika) dan penyimpangan lain dari
perkembagan normal.
- Delirium, demensia, dan gangguan amnestik dan kognitif lain.
Gangguan
di mana fungsi otak diketahui terganggu, baik secara permanen atau
transien; mungkin akibat proses penuaan, trauma kepala, penyakit
degeneratit pada sistem saraf (contohnya, HIV, sifilis, atau penyakit
Alzheimer), atau ingesti toksik (contohnya keracunan timbale atau
obat).
- Gangguan berhubungan dengan zat
Termasuk
pemakaian alcohol yang berlebihan, barbiturat, amphetamine, cocaine,
kafein, dan obat lain yang mengubah perilaku. Marijuana dan tembakau
juga dimasukkan dalam kategori ini, yang masih kontroversial.
- Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
Sekelompok
gangguan yang ditandai oleh hilangnya kontak dengan realita, gangguan
jelas proses berpikir dan persepsi, dan perilaku yang aneh. Pada
suatu fase faham dan halusinasi hamper selalu terjadi. Gangguan
delusional masuk dalam kategori ini.
- Gangguan mood
Gangguan
mood normal; orang mungkin sangat terdepresi, sangat gembira secara
abnormal, atau berselang-seling antara periode elasi dan depresi.
Termasuknya di dalamnya gangguan bipolar.
- Gangguan kecemasan
Mencakup
gangguan di mana kecemasan merupakan gejala utama (gangguan kecemasan
umum) atau kecemasan dirasakan kecuali individu menghindari situasi
yang ditakuti (fobia), atau mencoba menahan diri dari melakukan
ritual tertentu atau memikirkan pikiran persisten (gangguan obsesif
komplusif). Juga termasuk gangguan stress pascatraumatik.
- Gangguan somatoform
Gejala
gangguan adalah fisik, tetapi tidak dapat ditemukan penyebab organic
dan factor psikologis tampaknya berperan besar. Termasuk di sini
adalah gangguan somatisasi, gangguan konversi (misalnya, wanita yang
benci merawat ibunya yang telah renta secara tiba-tiba mengalami
kelumpuhan tangan) dan hipokondriasis
(preokupasi
berlebihan
dengan kesehatan dan merasa takut berlebihan akan penyakit walaupun
tidak ada alasan untuk ketakutan itu).
- Gangguan Disosiatif
Perubahan
sementara fungsi kesadaran, ingatan, atau identitas karena masalah
emosional. Termasukk adalah amnesia disosiatif (individu tidak dapat
mengingat ssegala sesuatu pengalaman hidupnya setelah suatu
pengalaman traumatik) dan gangguan kepribadian (dua atau lebih system
kepribadian yang terpisah ada dalam individu yang sama).
- Gangguan Seksual dan identitas jenis
Mencakup
masalah gangguan gairah seksual, gangguan perangsangan seksual,
gangguan orgasmik, gangguan nyeri seksual, parafilia
(ekshibisionisme,
fetishisme, pedofilia, masokisme seksual),
gangguan identitas jenis (misalnya, transeksualisme).
- Gangguan makan
Mencakup
anoreksia nervosa.
- Gangguan tidur
Mencakup
insomnia kronis, hipersomnia, apnea tidur, tidur berjalan, dan
narkolepsi.
- Gangguan pengendalian implus
Mencakup
gangguan eksplosif intermiten, kleptomania (mencuri komplusif
benda-benda yang tidak dibutuhkan untuk pemakaian prihadi atau nilai
ekanamisnya), herjudi patologis dan piromania (menimbulkan kehakaran
untuk kesenangan semata atau menghilangkan ketegangan.
- Gangguan kepribadian
Pola
perilaku maladaptive yang berlangsung lama yang merupakan cara yang
tidak dewasa dan tidak tepat untuk menghadapi stress atau memecahkan
masalah. Gangguan kepribadian antisocial dan gangguan kepribadian
narsistik adalah dua contohnya.
- Gangguan buatan
Gejala
fisik atau psikologis yang ditimbulkan secara buatan. Berbeda dari
melingering (berpura-pura) di mana tidak ada tujuan yang jelas,
seperti ketidakmampuan membayar tagihan atau menghindari wajib
militer. Bentuk yang paling banyak diteliti dinamakan sindrom
Munchausen: kesenangan individu akan presantasi gejala fisik buata
menyebabkan individu itu sering dirawat di rumah sakit.
- Kondisi lain yang mungkin menjadi pusat perhatian Minis
Kategori
ini mencakup banyak masalah yang menyebabkan orang mencari bantuan,
seperti gangguan pergerakan akibat medikasi, masalah relasional
(masalah perkawinan, masalah orang tua anak), penyiksaan fisik dan
seksual, penelantaran, berpura-pura (malingering), perilaku
antisocial, atau masalah pekerjaan.
Anda
mungkin pernah mendengar istilah “neurosis”
dan “psikosis”,
dahulu istilah tersebut dinyatakan sebagai kategori diagnostik utama.
Neurosis mencakup sekelompok gangguan yang ditandai oleh kecemasan,
ketidakbahagiaan pribadi, dan perilaku maladatif yang jarang cukup
serius sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit. Individu
biasanya masih dapat berfungsi di masyarakat, walaupun tidak dalam
kapasitas penuhnya. Psikosis mencakup gangguan mental yang lebih
serius. Perilaku dan proses berpikir individu sangat terganggu
sehingga ia tidak mengenal atau terlepas dari realita, tidak dapat
mengatasi tuntutan kehidupan sehari-hari, dan biasanya harus dirawat
di rumah sakit.
Penelitian menemukan
bahwa gangguan mental lebih sering terjadi pada orang yang berusia di
bawah 45 tahun dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria. Tetapi, pria dua kali lebih sering dibandingkan wanita untuk
melakukan penyalahgunaan alkohol. Gangguan kepribadian antisocial
empat kali lebih banyak wanita yang menderita gangguan mood dan
kecemasan.
Gangguan dapat
dipahami atau dijelaskan dari banyak cara: penyebab genetik, kimiawi,
atau neurologis; konflik bawah sadar, perilaku tidak tepat yang
dipelajari, dan gangguan kognisi.
SEHAT
MENTAL
Menurut Karl
Menninger, sehat mental adalah penyesuaian manusia terhadap
lingkungannya dan orang-orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan
yang optimal. Dalam mental yang sehat terdapat kemampuan untuk
memelihara intelegensi yang siap digunakan. Perilaku yang
dipertimbangkan secara sosial, dan disposisi yang bahagia.
Ada
6 sifat orang yang sehat mental (Coleman dan Broen):
- Sikap terhadap diri sendiri
Yang
positif, menekankan pada penerimaan diri, identitas yang adekuat,
penghargaan yang realistik terhadap kelebihan dan kekurangan orang
lain.
- Persepsi atau realitas
Yaitu
suatu realistik atas diri sendiri dan dunia, orang serta benda yang
nyata ada di lingkungan.
- Kelemahan
Yaitu
keutuhan dari kepribadian bebas dan ketidakmampuan menghadapi konflik
dalam diri dan toleransi yang baik terhadap stress.
- Kompetensi
Adanya
perkembangan kompetensi baik fisik, intelektual, emosional dan social
untuk menanggulangi masalah kehidupan.
- Otonomi
Ialah
keyakinan diri, rasa tanggung jawab dan pengaturan diri yang adekuat,
bersama-sama dengan kemandirian yang memadai menyangkut pengaruh
social.
- Pertumbuhan/aktualisasi diri
Menekankan
pada kecenderungan terhadap kematangan yang meningkat dan kepuasan
sebagai pribadi.
Sehat
mental Killander yaitu orang-orang yang memperlihatkan kematangan
emosinal, kemampuan menerima realita, kesenangan hidup bersama orang
lain, dan memiliki filasafat/pegangan hidup.
GANGGUAN
STRESS
Kita
semua kadang-kadang mengalami stress. Siswa mungkin mengalami stress
saat hubungannya dengan teman sekolahnya tidak berjalan baik, saat
mereka harus melaporkan pendidikannya, atau saat ujian akhir akan
tiba. Kita kadang-kadang mengalami peristiwa stress berat, seperti
kematian orang tua atau bencana alam. Pemaparan dengan stress dapat
menyebabkan emosi yang menyakitkan, sebagai contohnya kecemasan atau
depresi. Tetapi ini juga dapat menyebabkan penyakit fisik, baik
ringan maupun parah.
Tetapi reaksi
seseorang terhadap peristiwa stress sangat berbeda: sebagian orang
yang menghadapi peristiwa stress mengalami masalah psikologis atau
fisik serius, sedangkan orang lain yang berhadapan dengan peristiwa
stress yang sama tidak mengalami masalah apa-apa dan bahkan mungkin
merasa peristiwa itu sebagai sesuatu yang menantang dan menarik.
Penyebab stress
berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Yang merasa berat bagi
seseorang mungkin terasa menantang dan menyenangkan bagi orang lain.
Tidak terhitung
banyaknya peristiwa yang dapat menyebabkan stress. Sebagian darinya
adalah perubahan besar yang mempengaruhi banyak orang seperti perang,
kecelakaan nuklir, dan gempa bumi. Peristiwa lain adalah perubahan
besar dalam kehidupan seseorang.
Terakhir, sumber
stress dapat berbeda di dalam individu dalam bentuk motif atau
keinginan yang bertentangan. Peristiwa yang di rasakan sebagai stress
biasanya masuk ke dalam salah satu atau lebih kategori berikut:
peristiwa traumatik di luar rentang pengalaman manusia yang lazim,
peristiwa yang tidak dapat dikendalikan, peristiwa yang menantang
batas kemampuan dan konsep diri kita, atau konflik internal.
PERISTIWA
TRAUMATIK
Sumber
stres yang paling jelas adalah peristiwa traumatik situasi bahaya
ekstrim yang berada di luar rentang pengalaman manusia yang lazim.
Peristiwa tersebut antara lain bencana alam, seperti gempa bumi dan
banjir; bencana buatan manusia, seperti perang dan kecelakaan nuklir;
kecelakaan yang mengerrikan, seperti tabrakan mobil atau pesawat
terbang; dan penyerangan fisik seperti pemerkosaan atau upaya
pembunuhan.
Walaupuun
reaksi orang terhadap peristiwa traumatik sangat berbeda-beda,
terdapat pola perilaku yang umum sindroma bencana (disaster
syndrome).
SKALA
PERISTIWA KEHIDUPAN
Peristiwa
Kehidupan
|
Nilai
|
Kematian
suami/ istri
Perceraian
Hidup
terpisah dalam perkawinan
Hukuman
penjara
Kematian
anggota keluarga dekat
Luka
atau sakit (diri sendiri)
Perkawinan
Dipecat
dari perusahaan
Rukun
kembali antara suami istri
Pensiun
Perubahan
kesehatan anggota keluarga
Kehamilan
Masalah
seksual
Mendapat
anggota keluarga baru
Penyesuaian
kembali dalam bisnis
Perubahan
situasi keuangan
Kematian
teman dekat
Perubahan
bidang pekerjaan
Masalah
dengan keluarga suami/ istri
Prestasi
hebat seseorang
Istri
mulai atau berhenti bekerja
Mulai
atau mengakhiri sekolah
Perubahan
kondisi kehidupan
Mengubah
kebiasaan pribadi
Masalah
dengan boss
Pindah
rumah
Pindah
sekolah
Pindah
rekreasi
Perubahan
kegiatan keagamaan
Perubahan
kegiatan sosial
Perubahan
kebiasaan tidur
Perubahan
kebiasaan makan
Iiburan
Hari
besar keagamaan
Pelanggaran
hukuman ringan
|
100
73
65
63
63
53
50
47
45
45
44
40
39
39
39
38
37
36
30
29
29
28
26
26
25
24
23
20
20
19
19
18
16
15
13
12
11
|
Melihat
tabel di atas ternyata persoalan kesehatan yaitu sakit pada diri
sendiri menempati posisi yang cukup tinggi yang dapat mengakibatkan
stres pada seseorang. Untuk itu diperlukan kondisi psikologis yang
baik agar dapat menghadapi kondisi tersebut. Sebagian besar dari kita
pernah mengalami kecemasan, depresi, kemarahan yang tidak masuk akal,
atau merasa tidak mampu menghadapi kerumitan-kerumitan kehidupan.
Mencoba menjalani kehidupan yang memuaskan dan bermakna tidaklah
mudah dalam era perubahan sosial dan teknologi yang cepat.
GANGGUAN
KECEMASAN
Sebagian
besar dri kita merasa cemas dan tegang jika menghadapi situasi yang
mengancam atau setres. Perasaan tersebut adalah reaksi normal
terhadap setres. Kecemasan dianggap abnormal hanya jika terjadi dalam
situasi yang sebagian besar orang dapat menanganinya tanpa kesulitan
berarti. Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan dimana
kecemasan merupakan gejala utama (gangguan kecemasan umum dan
gangguan panik) atau dialami jika seseorang berupaya mengendalikan
perilaku maladaptif tertentu (gangguan jobik dan gangguan
obsesif-kompulsif). Kecemasan menjadi merusak jika orang mengalaminya
dari perristiwa yang oleh sebagian besar tidak diangap setres.
Seseorang
yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap hari, dalam
ketegangan yang tinggal secara samar-samar merrasa takut atu cemas
pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara
berlebihan terhadap setres yang ringan pun. Selama serangan panik
yang parah, orang merasa takut bahwa dirinya akan mati.
Orang
yang mengalami kecemasan umum dengn gangguan panik mungkin tidak
mengetahui deengan jelas mengapa mereka merasa ketakutan. Jenis
kecemasan ini kadng-kadang dinamakan “free-floating” (melayang
bebas) karena tidak dipicu oleh peristiwa tertentu; namun terjadi
dalam berbagai situasi.
FOBIA
Berbeda
dengan ketakutan samar-samar yang dilami oleh penderita gangguan
kecemasan umum, ketakutan ada gangguan fobik lebih spesifik. Orang
yang berespons dengan ketakutan yang kuat pada stimuus atau situasi
tertentu yang oleh sebagian besar orang tidak dianggap berbahaya
dikatakan menderita fobia. Individu biasanya menyadari bahwa rasa
takutnya itu tidak rasional tetapi masih merasa cemas (mulai dari
kekuatiran yang kuat sampai panik) yang dapat dihilangkan hanya
dengan menghindari objek atau situasi yang ditakutinya.
GANGGUAN
OBSESIF-KOMPULSIF
Seorang
pria bangkit dari tempat tidurnya beberapa kali tiap malam dan
memeriksa semua pintu untuk memastikan bahwa pintu telah terkunci.
Setelah kembali ke tempat tidur ia terganggu oleh pikiran bahwa ia
mungkin telah lupamenutup satu pintu. Pria lain mandi tiga atau empat
kali berturut-turut, menggosok tubuhnya dengan desinfektan khusus
tiap kali, karena merasa takut dirinya terkontaminasi oleh kuman.
Seorang wanita memiliki pikiran berulang untuk menikam bayinya dan
merasakan serangan panic saat ia telah memegang gunting atau pisau.
Semua
orang yang memiliki gejala gangguan obsesif-kompulsif,
kehidupan mereka didominasi oleh tindakan atau pikiran yang repetitif
(berulang). Obsesi adalah instrusi persisten pikiran, bayangan , atau
impula yang tidak diundang yang menimbulkan kecemasan. Kompulsif
adalah dorongan yang tidak dapat ditahan untuk melakukan tindakan
atau ritual tertentu yang menurunkan kecemasan. Pikiran obsesif
seringkali disertai dengan tindakan kompulsif, contohnya pikiran akan
tertular kuman menyebabkan tindakan kompulsif mencuci perabotan makan
berkali-kali sebelum menggunakannya.
Secara
umum dibalik semua perilaku berulang itu adalah keraguan. Individu
obsesif kompulsif tidak dapat mempercayai indra atau penalarannya,
mereka tidak dapat mempercayai matanya yang tidak melihat kotoran
atau tidak dapat percaya bahwa pintu telah terkunci.
H.
INTERVIEW, PSIKOTHERAPI, DAN PSIKOANALISA
Gejala-gejala
gangguan psikis itu dapat dipahami dengan melihat atau mempelajari :
- Predisposisi fisik dan psikis beserta sejarah hidup pasien;
- Situasi keluarga dalam mana pasien dibesarkan;
- Lingkungan social yang memberikan banyak tekanan dan ketegangan batin, khususnya lingkungan social yang aktual.
Pada
penyakit-penyakit pertukaran zat dan penyakit yang merusak lainnya,
semasa fase awalnya banyak memunculkan perubahan karakter serta
kepribadian, lalu disusul dengan kompleks gejala amnetis yang
progresif sifatnya. Fungsi-fungsi cerebral pada orang-orang lanjut
usia seringkali terganggu oleh: sirkulasi zat-zat yang buruk, proses
mongering, penyakit-penyakit ginjal, dll. Maka dapat dinyatakan bahwa
penyakit-penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada system syaraf itu
menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut: perubahan karakter,
anomali-anomali/kelainan tingkah laku, dan proses-proses dementia.
Selanjutnya, perubahan kepribadian dan karakter itu biasanya disertai
dengan gejala-gejala amnetis
dan dementia
paralytika.
Untuk
menentukan diagnosa mengenai jenis suatu gangguan psikis, diperlukan
adanya percakapan
dengan
pasien yakni melalui “hard
interview”
dan “soft
interview”.
Dengan
“hard
interview”
(interview keras) orang berusaha melucuti kedok, memergoki, menangkap
basah, dan memaksa agar pasien mau membuka diri atau mau melepaskan
satu pendirian. Dengan metode interview keras ini orang mencoba
menunjukkan kekeliruan-kekeliruan dan ketidakcocokkan atau
inkonsekuensi daripada perasaan fikiran perbuatan si pasien. Dan
berusaha menjelaskan, bahwa perasaan-perasaan dan keyakinan-keyakinan
yang dianut pasien itu keliru, lagipula tidak sesuai dengan realitas
yang ada.
Sehubungan
dengan “hard
interview”
ini, jika pasien tidak mampu membela diri, maka dia merasa kalah dan
malu, merasa disudutkan, sebab merasa kehilangan muka. Sehingga
pasien bisa menjadi aphatis dan semakin membeku karenanya, dia tidak
mau menjawab dan justru cenderung menutup diri.
Praktek
interview keras semacam ini sangat mirip dengan penggojlokan sewaktu
perploncoan mahasiswa; atau mirip sekali dengan pemeriksaan polisi
dan pemeriksaan di siding pengadilan. Kadang-kadang mirip juga dengan
siding guru besar yang tengah menguji mahasiswanya. Jelaslah, bahwa
interview keras dengan segala liku-liku dan teknik manipulatif itu
kurang tepat untuk dipraktekkan oleh seorang psikolog, dokter dan
therapeut terhadap client dan pasiennya.
Melalui
interview lembut, therapeutik berusaha menenangkan serta menyenangkan
pasien/klient, agar dia merasa enak dan “aman terlindung”. Orang
berusaha memahami segala perasaan client dengan cara yang lebih
elegan. Yaitu dengan lembut dan hati-hati, therapeutik berusaha
mengorek segala hal-ikhwal yang bersangkutan dengan penyakitnya, yang
sifatnya pribadi. Dengan begitu, informasinya akan mejadi lebih bisa
dipercaya. Orang yang merasa disudutkan, biasanya akan bersitegang
dengan alasan-alasan yang palsu; atau akan bersikeras mempertahankan
pendirian pendiriannya yang jelas fiktif sifatnya (berbohong).
Semakin keras sifat interviewnya, biasanya semakin tegar-keras hati
si pasien dan semakin besar pula kebohongan serta kepura-puraannya.
Jika
seorang therapeutik, dokter dan psikolog ingin berdialog dengan
seorang client, maka yang dikehendaki ialah ; informasi diri client
yang bisa dipercaya.
Untuk
menggali informasi sedemikian ini perlu kiranya agar client merasa
“dipahami/dimengerti” oleh therapeutik, dokter atau psikolog.
Sebab, pemahaman
segala
keluhan dan kepedihan-kebingungan perasaan client itu menjadi
informasi penting bagi therapeut; sekaligus memberikan banyak
pertolongan dan kelegaan kepada client. Hendaklah kita ingat, bahwa
sikap therapeut yang simpatik, sabar tenang menyenangkan dan mau
mengerti kesulitan client itu bisa memperingan perasaan-perasaan
bersalah-berdosa pasien, dan membebaskan pasien dari rasa hampa
bingung dan putus asa. Dialog dan interview
yang baik itu jelas merupakan terapi
yang manjur.
Karena itu teknik
”mendengar
dengan baik” dan teknik “membuka diri sendiri”, agar mampu
memahami dengan baik perasaan serta motivasi-motivasi yang
menggerakkan seorang pasien untuk “bertingkah laku”, merupakan
teknik komunikasi yang sangat utama. Teknik sedemikian ini bisa
disebut sebagai “attitude
interview”
atau interview sikap.
Intervew
diagnostik itu biasanya menghasilkan effek therapeutis yang
menakjubkan. Sebab, menduga bahwa ada orang lain yang mau bersimpati
pada dirinya, dan bersedia memahahami segala kesulitan batinnya itu
merupakan bantuan-tumpunan yang maa besar bagi client atau pasien;
sehingga dia merasa lebih kuat mendukung beban penderitaannya.
Memperlihatkan simpati dan ‘ikut hidup/ikut merasakan’ itu
sekaligus bisa mengkompensir segenap dendam dan sakit hati si pasien.
Maka, pemahiran teknik interview ini akan bisa tercapai dengan jalan
: melakukan banyak training dalam psikotherapi. Psikotherapi ialah:
metode penyembuhan dri gangguan-gangguan penyakit-penyakit jiwa.
Pendekatan
multi-kausal
terhadap macam-macam gangguan psikis itu membawa beberapa konsekuensi
pada therapinya. Yaitu, pada setiap pasien itu harus bisa diajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
- Apakah ada gangguan-gangguan fisik tertentu yang bisa di obati secara medikamenteus (dengan obat-obat tertentu)?
- Adakah kesulitan-kesulitan batin dan gangguan psikisnya bisa didekati dengan psikotherapi?
- Apakah kondisi-kondisi sosial yang tidak menguntungkan, kemudian bisa berubah, diperbaiki atau ditingkatkan; sehingga bisa memperlancr kesembuhan, dan meningkatkan kesehatan psikis si pasien?
Jelaslah
kini, baik faktor fisik, maupun psikis dan sosial, semuanya harus
diperhatikan dengan begitu ada pandangan yang psiko-dinamis, sehingga
diperoleh wawasan mengenai relasi dari perkembangan psikis dan
gangguan psikisnya.
Apabila
therapeutik bisa mendorong pasiennya untuk mampu belajar idup dengan
segala permasalahan dan kesulitannya, bisa menerima segenap
kesulitan, dan mampu menerima keadaan diri sendiri (ada
self-acceptancy
yang sehat), maka aktivitas tersebut benar-benar merupakan satu
prestasi.
Selanjutnya,
kita sebutkan: seseorang itu psikis sehat apabila dia mampu bekerja,
mampu mencinta dan dicinta, punya akar yang kokoh pada realitas
konkrit, dan ada harmoni antara kehidupan batiniahnya (mikrokosmos)
dengan dunia luar Tuhan-nya (makrokosmos).
Psikoanalisa
dan psikotherapi itu bisa berhasil atau bisa gagal, bergantung pada
keahiran teknis dan kemahiran sosial pelakunya.
Jiwa
dan kehidupan ini memang merupakan misteri yang pelik, namun justru
juga sangat menarik untuk dipelajari. Juga kesulitan-kesulitan hidup
yang bisa mengakibatkan gangguan-gangguan psikis itu sangat
bervariasi. Oleh sebab itu, pemahamannya membutuhkan informasi dan
titik pandangan yang berbeda-beda, yang bisa saling melengkapi. Yaitu
titik-pandangan medis yang ditunjang dengan titik-pandangan
psikologis, ekonomis, politis dan sosial serta edukatif. Dan tidak
hanya berupa titik-pandngan yang genetis atau medis saja.
Beberapa
sarana yang bisa dipakai dalam psikotherapi ialah: sugesti, hipnosa
dan persuasi. Sugesti
itu
adalah pengaruh yang berlangsung terhadp kehidupan psikis dan
perbuatan kita, dengan mana perasaan-fikiran-kemauan kita sedikit
atau banyak dibatasi karenanya, sugesti ini merupakan salah satu
elemen dalam setiap therapi. Hanya saja, dalam therapi pemberian
wawasan, sugesti itu harus dikurangi dan menjadi sesedikit mungkin.
Sugesti bisa berupa percakapan; akan tetapi dapat juga diwujudkan
dalam obat-obatan dan macam-macam pesawat listrik yang aneh-aneh;
misalnya yang bisa memunculkan percikan-percikan api biru, dan
pelbagai alat massage/pijit.
Kadang
kata orang juga menggunakan metode hipnosa
untuk mendukung psikotherapi. Hipnosa ialah semacam keadaan tidur
disebabkan oleh kekuatan batin hipnoteseur (orang yang mampu
menghipnotisir orang lain). Dalam keadaan ini tidur dan menurutnya
kesadaran, sugesti-sugesti tertentu diberikan dalam hipnosa tadi.
Hipnosa ini pada umumnya bisa berhasil pada therapi simptomatis. Dan
hilang atau sembuhnya simptom-simptom tertentu itu bisa merubah sama
sekali kehidupan seseorang. Selama hipnosa tadi, hilangnya simptom
penyakit misalnya gatal-gatal yang hebat disugestikan kepada pasien.
Biasanya hipnosa sedemikian ini bisa memberikan hasil yang baik.
Selanjutnya
metode persuasi
(membuju; mengajak) sering juga ditambahkan pada psikhoterapi dan
pengobatan, sebagai satu metode-implisit. Persuasi ini diterapakan
untuk memberikan topangan kekuatan kepada pasien dalam kesulitannya.
Juga memacu dan mengajak pasien agar dia tabah bertahan.
Senyatanyalah apabila ada orang lain yang bersimpati dan ikit
merasakan kecemasan serta penderitaan kita, maka segala kecemsn,
kepedihan dan penderitaan itu akan lebih tertanggungkan oleh kita.
Dapat
ditaambah pula di sini ialah: therapi
tumpuan. Yang
dimaksud dengan therapi tumpuan ialah sikap yang ikut merasakan, ikut
hidup dengan penderitaan pasien, sikap menghibur dan memberanikan,
dan usaha untuk memperkuat rasa diri pasien. Therapi tumpuan ini,
biasanya diterapkan terhadap pasien-pasien yang mengidap penyakit
yang tidak mungkin tersembuhkan lagi dan banyak menderita secara
jasmaniah; misalnya penderita penyakit kanker. Therapi tumpuan ini
akan sangat memperingankan penderitaan pasien, apabila therapeut atau
dokter sering mengunjungi pasien, dan tidak meninggalkan pasien
sendirian pada saat-saat kritis.
Salah
satunya kelemahan dari psikoanalisa ialah: (1) penyakitan waktu yang
lama, dan (2) banyaknya persidangan yang harus dilakukan oleh
therapeut dengan pasien. Maka sebagai pengganti ataupun pelengkap
dari metode psikoanalisa kelompok, dengan terapi kelopok
psiko-analitis.
Usaha
dan tingkah laku manusia itu dimunculkan oleh: (1) dorongan aktif
dari dalam, dan (2) dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidup. Salah satu aspek penting dalam tingkah laku manusia ialah :
proses
belajar, maka
relasi manusia dengan dunia sekitar itu berupa usaha untuk
mendapatkan pengalaman-pengalaman, agar orang bisa bertindak dan
bertingkah laku lebih efektif lagi. Lalu, menanggapi situasi dan
masalah dengan cara yang lebih fefektif dan efisien, inilah yang
disebut: belajar.
Melalui
diagnosa multikausal pada penanganan kombinasi terhadap para pasien
yang menderita gangguan psikis, dengan jalan :
- Medikasi atau pemberian obat-obatan, ditambah dengan
- Psikotherapi individual;
- Psikotherapi kelompok dan
- Perbaikan kondisi lingkungan dari pasien.
Jadi,
ada kombinasi dari pekerjaan medis, pekerjaan psikiatris, dan
pekerjaan sosial. Dalam kondisi sedemikian, orang lalu menggunakan
istilah sosiotherapi dalam psikiatri. Dengan begitu, baik
psikolog-therapeut-dokter maupun para pasien bisa secara positif
saling mempengaruhi demi kesembuhan pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar